IDENTIFIKASI DAN PENGUKURAN BAKAT DAN KREATIVITAS
IDENTIFIKASI DAN PENGUKURAN BAKAT DAN KREATIVITAS
A. ALASAN UNTULK MENEMUKENALI BAKAT KREATIF
Dari berbagai alasan
yang dikemukakan untuk mengukur bakat kreatif, lima alasan tampak
paling penting yaitu untuk tujuan pengayaan (enrichment),
remedial, bimbingan kejhuruan, penilaian program pendidikan, dan
mengkaji perkembangan kreativitas pada berbagai tahap kehidupan.
1. Pengayaan
Tujuan utama tes
kreativitas adalah untuk mengidentifikasi bakat kreatif anak. Karena
kreativitas sangat bermakna dalam hidup, masyarakat terutama orangtua
dan guru ingin memberikan pengalaman pengayaan kepada mereka yang
berbakat kreatif.
Secara historis,
keterbakatan diartikan sebagai mempunyai inteligensi (IQ) yang tinggi,
dan tes inteligensi tradisional merupakan ciri utama untuk
mengidentifikasikan anak berbakat intelektual. Anak berbakat intelektual
diizinkan meloncat kelas, atau masuk kelas khusus (advanced placement class) yang menuntut mereka harus bekerja lebih banyak dan lebih keras.
Lewis Terman telah melakukan studi longitudinal terhadap 1528 anak dan remaja dengan IQ 140 atau lebih, disebut genius.
Terman menemukan bahwa meskipun siswa-siswi ini mencapai prestasi lebih
tinggi dari rata-rata siswa, tetapi hanya sedikit sekali di antara
mereka yang menjadi termasyur karena kualitas dan kinerjanya, disebut sindrom siswa baik;
dalam upaya untuk berhasil di sekolah dan dalam hidup, agaknya mereka
kurang memiliki atau kehilangan imajinasi petualangan yang diperlukan
untuk mencapai tingkat keberhasilan yang tinggi.
Kesamaan antara inteligensi dan talenta khusus adalah apa yang disebut precocity (keadaan cepat menjadi matang). Anak yang precocious
adalah seseorang yang mampu melakukan hal-hal yang biasanya dilakukan
oleh mereka yang lebih tinggi usianya. Keuntungan ini dapat atau tidak
dapat dipertahankan selama jangka hidup, tetapi bagaimanapun, prococity belum tentu berarti mampu mencapai produktivitas yang orisinil disebut prodigiousness. Child prodigy adalah seseorang yang prestasinya begitu luar biasa dan langka sehingga menakjubkan.
2. Remediasi
Alasan untuk melakukan pengukuran (assessment) adalah untuk menemukenali mereka yang kemampuan kreatifnya sangat rendah.
Yang tidak
menguntungkan adalah bahwa program remedial dalam kreativitas masih
sangat langka, karena kita kurang mengetahui bagaimana melakukan hal
ini, banyak orang melihat kreativitas sebagai bakat pembawaan dan tidak
sebagai suatu kapasitas yang dapat dipelajari dan dilatih.
3. Bimbingan Kejuruan
Untuk membantu siswa
memilih jurusan pendidikan dan karier masih trahap awal. Informasi
mengenai kemampuan ini berguna dalam menyarankan siswa mengikuti
pendidikan dan kejuruan yang menuntut kemampuan kreatif.
4. Evaluasi Pendidikan
Pendidik sering
mengalami kesulitan untuk memutuskan apakah sekolah akan menggunakan
program pengembangan kreativitas. Dapat menyebabkan menurunnya prestasi
belajar siswa. Sesungguhnya faktor-faktor lainlah bertanggung jawab
untuk menurunnya rata-rata prestasi siswa, yaitu terlalu banyak menonton
televisi, kurangnya pengawasan atas pekerjaan rumah, dan peningkatan
jumlah siswa yang kemampuannya rendah. Kurangnya evaluasi hasil
pendidikan menyulitkan untuk menentukan apakah programnya efektif.
Diperlukan evaluasi pendidikan secara menyeluruh dan berkelanjutan.
5. Pola Perkembangan Kreativitas
Pakar psikologi
tertarik untuk mengetahui pola perkembangan kreativitas karena dua
alasan: pertama, mereka ingin mengetahui bagaimana pertumbuhan dan
penurunan kreativitas pada macam-macam tipe orang; dan kedua, mereka
ingin mengetahui apakah ada masa puncak kala mana kreativitas sebaiknya
dilatih.
Penelitian seperti
ini menghadapi masalah khusus; untuk membandingkan kelompok usia usia
(atau kelompok suku, jenis kelamin dll) perlu menggunakan tes yang sama
atau sebanding.
6. Tujuan Penggunaan Tes Kreativitas
Ada 3 penggunaan
utama untuk tes kreativitas, yaitu untuk mengidentifikasi siswa berbakat
kreatif, untuk tujuan penelitian, dan untuk tujuan konseling.
a. Identifikasi Anak Berbakat Kreatif
Tes kreativitas
sering digunakan untuk mengidentifikasi siswa berbakat kreatif untuk
program anak berbakat intelektual. Kebanyakan program anak berbakat
berasaskan bahwa siswa kreatif perlu diidentifikasikan dan kreativitas
perlu diajarkan.
b. Penelitian
Penelitian membantu
kita memahami perkembangan kreativitas. Tes kreativitas dalam penelitian
dapat digunakan dengan dua cara. Pertama, untuk mengidentifikasi
orang-orang kreatif dan membandingkan mereka dengan orang-orang biasa.
Kedua, tes kreativitas dalam penelitian dapat digunakan untuk menilai
dampak pelatihan kreativitas terhadap kekreatifan peserta.
c. Konseling
Konselor atau
psikolog sekolah di sekolah dasar dan menengah memerlukan informasi
mengenai seorang siswa yang dikirim karena sikapnya yang apatis, tidak
kooperatif, berprestasi kurang, atau karena masalah lain. Mungkin saja
siswa itu sebetulnya kreatif, tetapi tidak tahan akan pekerjaan rutin
yang baginya membosankan, sikap guru yang otoriter dan kurang memberikan
kebebasan dalam ungkapan diri.
Tes kreativitas
dapat membantu konselor, guru, orangtua, dan siswa sendiri untuk
mengenali dan memahami bakat kreatif siswa yang terpendam. Informasi ini
memungkinkan guru untuk merancang kegiatan yang menantang dan menarik
bagi siswa kreatif.
B. JENIS ALAT UNTUK MENGUKUR BAKAT KREATIF
Potensi kreatif
dapat diukur melalui beberapa pendekatan, yaitu pengukuran langsung;
pengukuran tidak langsung, dengan mengukur unsur-unsur yang menandai
ciri tersebut; pengukuran ciri kepribadian yang berkaitan erat dengan
ciri tersebut; dan beberapa jenis ukuran yang bukan tes. Pendekatan
kelima adalah dengan menilai produk kreatif nyata.
1. Tes yang Mengukur Kreativitas secara Langsung
Sejumlah tes
kreativitas telah disusun dan digunakan, antara lain tes terkenal dari
Torrance yang digunakan untuk mengukur pemikiran kreatif (Torrance Test of Creative Thinking: TICT) yang mempunyai bentuk verbal dan bentuk figural. Ada yang sudah diadaptasi untuk Indonesia, yaitu Tes Lingkaran (Circles Test) dari Torrance.tes ini pertama kali digunakan di Indonesia dalam penelitian Utami Munandar (1997) untuk disertasinya “Greativity and Education”, dengan tujuan membandingkan ukuran kreativitas verbal dengan ukuran kreatifitas figural.
2. Tes yang Mengukur Unsur-Unsur Kreativitas
Kreativitas
merupakan suatu konstruk yang multidimensi, terdiri dari berbagai
dimensi, yaitu dimensi kognitif (berpikir kreatif), dimensi afektif
(sikap dan kepribadian), dan dimensi psikomotorik (keterampilan
kreatif). Masing-masing dimensi meliputi berbagai kategori, misalnya
dimensi kognitif dari kreativitas-berpikir divergen-mencakup antara lain
kelancaran, kelenturan, dan orisinalitas dalam berpikir, kemampuan
untuk memperinci (elaborasi), dll.
3. Tes yang Mengukur Ciri Kepribadian Kreatif
Beberapa tes mengukur ciri-ciri khusus, antara lain adalah :
· Tes Mengajukan Pertanyaan, yang merupakan bagian dari Tes Torrance untuk Berpikir Kreatif.
· Tes Risk Taking, digunakan untuk menunjukkan dampak pengambilan resiko terhadap kreativitas.
· Tes Figure Preference dari Barron-Welsh yang menunjukkan dampak pengambilan risiko terhadap kreativitas.
· Tes Sex Role Identity untuk mengukur sejauh mana seseorang mengidentifikasikan diri.
· Dengan peran jenis kelaminnya. Alat yang sudah digunakan di Indonesia adalah Bem Sex Role Inventory.
4. Pengukuran Bakat Kreatif secara Non-Tes
Dalam upaya mengatasi keterbatasan tes tertulis untuk mengukur kreativitas dirancang beberapa pendekatan alternatif.
· Daftar Periksa (Cheklist) dan Kuesioner
Alat ini disusun berdasarkan penelitian tentang karakteristik khusus yang dimiliki pribadi kreatif.
· Daftar Pengalaman
Teknik ini menilai
apa yang telah dilakukan seseorang di masa lalu. Beberapa studi
menemukan korelasi yang tinggi antara “laporan diri” dan prestasi
kreatif di masa depan. Format yang paling sederhana adalah meminta
seseorang menulis autobiografi singkat, yang kemudian dinilai untuk
kuantitas dan kualitas perilaku kreatif.
Metode yang paling formal adalah The State of Past Creative Activities
yang dikembangkan oleh Bell. Instruksinya: “Daftarlah kegiatan kreatif
yang telah Anda lakukan selama 1-3 tahun terakhir. Meliputi kegiatan
seni, sastra, atau ilmiah.
5. Pengamatan Langsung terhadap Kinerja Kreatif
Mengamati bagaimana
orang bertindak dalam situasi tertentu nampaknya merupakan teknik yang
paling absah, tetapi makan waktu dan dapat pula bersifat subyektif.
C. ALAT IDENTIFIKASI BERDASARKAN ENAM BIDANG BAKAT
Sesuai dengan definisi U.S.O.E., bakat kreatif merupakan salah satu dari enam bidang keberbakatan.
Definisi Marland tentang kebebakatan, membedakan enam bidang keberbakatan yaitu:
· Bakat intelektual umum
· Bakat akademik khusus
· Bakat kreatif-produktif
· Bakat kepemimpinan
· Bakat seni visual dan pertunjukkan
· Bakat psikomotor
1. Identifikasi Kemampuan Intelektual Umum
Untuk mengidentifikasi kemampuan intelektual umum ditentukan taraf inteligensi atau IQ (Intelligence Quotient). Ada dua macam tes inteligensi, yaitu tes inteligensi individual dan tes inteligensi kelompok.
Tes inteligensi
individual merupakan cara yang lebih cermat untuk menemukenali kemampuan
intelektual umum anak, karena diberikan secara perorangan sehingga
memungkinkan mengobservasi anak ketika dites. Tes inteligensi individual
membutuhkan banyak waktu untuk pengetesannya, dan biaya pengetesan
termasuk cukup mahal.
Tes inteligensi
kelompok lebih efisien, baik dalam ukuran waktu dan biaya.
Keterbatasannya adalah bahwa tes inteligensi kelompok tidak memungkinkan
kontak dan pengamatan anak selama diuji, sehingga sulit diketahui
apakah hasil tes inteligensi kelompok sudah optimal, dalam arti
betul-betul menggambarkan kemampuan intelektual anak. Tes inteligensi
kelompok yang banyak digunakan di Indonesia adalah tes Progressive
Matrices dari Raven, Culture-Fair Intelligence Test (CFIT), dan Tes
Inteligensi Kolektif Indonesia (TIKI). Yang terakhir khusus dikembangkan
untuk Indonesia oleh Fakultas Psikologi Universitas Padjajaran dan Free
University of Amsterdam, Belanda.
Tes inteligensi kelompok biasanya digunakan pada tahap pertama, yaitu tahap penjaringan (screening)
dengan tujuan dapat menjaring dengan waktu singkat siswa yang memenuhi
syarat untuk mengikuti tahap berikutnya yaitu tahap penyaringan (tahap
seleksi). Pada tahap kedua ini digunakan tes inteligensi individual
dengan tujuan mengambil keputusan tentang siswa mana yang dapat
dikategorikan sebagai berbakat intelektual dan dapat mengikuti program
pendidikan keberbakatan.
Identifikasi siswa
berbakat berlangsung dalam dua tahap, yaitu tahap penjaringan dan tahap
penyaringan. Pada tahap penjaringan diberi tes Progressive Matrices dan
tes Prestasi Belajar Baku (Standardized Achievement Test).
Semua siswa yang mencapai skor inteligensi di atas rata-rata boleh
meneruskan mengikuti tahap penyaringan; tes yang diberikan pada tahap
ini adalah Tes Kreeativitas Verbal (TKV) dan Tes Inteligensi Kolektif
Indonesia (TIKI). Yang terakhir, meskipun diberikan kepada kelompok
tetapi dinilai cukup cermat dan andal, karena tes ini meliputi sebelas
subtes yang masing-masing mengukur bidang kemampuan intelektual yang
berbeda, sehingga memberikan profil yang lebih berdiferensiasi tentang
bakat intelektual siswa, dibandingkan tes Progressive Matrices yang
hanya terdiri dari satu tipe tes.
2. Identifikasi Bakat Akademik Khusus
Cara lain untuk
mengidentifikasi anak berbakat intelektual adalah dengan melihat
prestasi akademis, bersama-sama dengan pengukuran IQ. Jika tes
inteligensi bertujuan mengukur kapasitas untuk berprestasi baik di
sekolah, tes prestasi akademis bertujuan mengukur pembelajaran dalam
arti pengetahuan tentang fakta dan prinsip, dan dapat ditambahkan
kemampuan untuk menerapkannya dalam situasi kompleks dan yang menyerupai
hidup.
Prestasi belajar
dapat diukur sehubungan dengan kinerja pada mata ajaran di sekolah dalam
kelas tertentu, dalam hal ini tes dapat dibuat oleh guru sendiri, atau
dapat diukur sehubungan dengan apa yang diharapkan dipelajari oleh siswa
dari tingkat kelas tertentu di seluruh negeri (secara nasional); dalam
hal ini diberi tes prestasi belajar baku. Tes ini terdiri dari berbagai
subtes, dan memberikan petunjuk sejauh mana peserta tes memenuhi syarat
untuk mengikuti pendidikan tersier.
3. Identifikasi Bakat Kepimpinan
Kemampuan untuk
memimpin tidak hanya mencakup kemampuan intelektual, tetapi juga peubah
kepribadian lainnya. Berdasarkan tinjauan teori dan hasil riset, pada
umumnya ditemukan faktor berikut yang paling erat kaitannya dengan
kepemimpinan:
a. Kapasitas
b. Prestasi
c. Tanggung jawab
d. Peran serta
e. Status
f. Situasi
4. Identifikasi Bakat Seni Visual dan Pertunjukan
Menemukenali bakat
dalam bidang seni visual dan pertunjukkan tidak mudah. Masalahnya adalah
bahwa beragamnya kategori talenta dan belum adanya alat yang canggih
untuk mengukur bermacam-macam bidang talenta tersebut.
Baik teori maupun
hasil penelitian menekankan bahwa pada umumnya orang yang bertalenta
dalam seni visual dan pertunjukkan pada umumnya juga memiliki tingkat
inteligensi dan kreativitas yang cukup tinggi, di samping kemampuan dan
keterampilan khusus dalam bidang seni. Oleh karena itu setiap pendekatan
untuk menemukenali talenta dalam bidang seni visual dan pertunjukkan
harus mengikutsertakan peubah tersebut. Tes inteligensi dan tes
kreativitas dapat secara umum digunakan untuk semua bidang talenta.
Jika alat
psikometris yang sesuai belum ada, identifikasi bakat dalam bidang seni
visual dan pertunjukkan bergantung pada metode observasi, yang dinilai
oleh ahli-ahli dalam bidang seni tersebut. Diharapkan ahli-ahli tersebut
tidak hanya menilai kemampuan reproduktif, tetapi juga kemampuan
inovatif, dengan kecenderungan untuk dapat melepaskan diri dari bentuk
seni yang konvensional tradisional semata-mata.
5. Identifikasi Bakat Psikomotor
Kemampuan psikomotor
diperlukan dalam kegiatan manusia dan dapat diamati jika seseorang
belajar melakukan kegiatan olahraga dan atletik, menangani macam-macam
peralatan mesin, atau jika ia memainkan alat musik atau main drama.
Drajat diperlukannya keterampilan psikomotor dalam berbagai kegiatan
tersebut berbeda.
Untuk
mengidentifikasikan tingkat kemampuan psikomotor, sebaiknya dilakukan
penjaringan terlebih dahulu untuk menentukan tingkat kemampuan
intelektual, kemampuan yang khusus berkaitan dengan bidang talenta,
kemampuan berpikir kreatif jika kemampuan psikomotor tersebut memerlukan
inovasi (misalnya untuk dapat merancang perabot baru, atau bagi musikus
untuk dapat melakukan improvisasi), dan tingkat perkembangan
keseluruhan badan atau bagian badan yang berhubungan denganb kemampuan
yang dicari, misalnya, kekuatan, kcepatan, koordinasi, kelenturan, dll.
Tes inteligensi WISC disamping bagian verbal (yang menghasilkan IQ Performance
dengan subtes yang dapat memberikan informasi bermanfaat mengenai
koordinasi visual motoris, organisasi visual, dan organisasi persepsi.
6. Identifikasi Bakat Kreatif
Kreativitas merupakan bentuk
bakat yang majemuk, oleh karena itu penyusunan ukuran-ukuran untuk
mengidentifikasi bakat kreatif harus dimulai dengan definisi kerja dari
konsep tersebut. Psikolog terkemuka dalam bidang pengukuran kreativitas
adalah J.P. Guilford dan E.P. Torrance. Pada umumnya alat tes mereka
mengutamakan kemampuan berpikir seperti kelancaran, kelenturan,
orisinalitas, dan elaborasi, namun pendekatan mereka berbeda. Torrance
(1974) mengukur kemampuan melalui penampilan beberapa tugas majemuk yang
dirancang untuk memicu ungkapan beberapa kemampuan pada saat yang sama,
sedangkan Guilford (1976) mengukur berpikir divergen dengan menggunakan
format tes yang pada umumnya menuntut subjek untuk berespons terhadap
banyak stimulus (rangsangan), yang masing-masing mengukur komponen
khusus dari struktur intelek.
Sehubungan dengan
konsep kreativitas sebagai kemampuan untuk membentuk asosiasi, perangkat
yang terkenal adalah alat dari Mednick dan Mednick (1967) yang menuntut
penyusunan tiga stimulus untuk menghasilkan satu asosiasi yang jauh dan
orisinil (The Remote Associates Test)
yang terdiri atas 32 set tiga kata, yang masing-masing mempunyai kaitan
yang lemah (jauh) dengan pikiran kebanyakan orang. Subjek diminta untuk
menemukan kata keempat yang ada kaitannya dengan masing-masing dari
tiga kata pertama. Hanya ada satu jawaban yang tepat, hal mana
menimbulkan kritik bahwa tes kreativitasnya seharusnya memungkinkan
berbagai alternatif jawaban terhadap suatu masalah (berpikir divergen).
Namun, terrnyata tes ini berhasil ntuk mengidentifikasikan secara cepat,
sederhana dan tepat, mereka yang mempunyai bakat kreatif tinggi.
Sebagai tambahan, ada alat tes yang mengidentifikasikan pribadi kreatif melalui:
· Biografi atau persepsi kreatif
· Alat yang mengukur sikap dan motivasi
· Alat yang mengukur konsep diri kreatif
· Alat ukur kecenderungan konformitas-nonkonformitas
· Alat yang mengukur fungsi belahan otak kiri dan kanan
· Alat yang mengukur berpikir kreatif dalam tindakan dan gerakan.
Inventori
kepribadian digunakan untuk mempelajari kepribadian kreatif, tetapi
bukan terutama untuk mengukur kreativitas. Beberapa pendekatan yang
efektif untuk mengidentifikasi karakteristik individu yang kreatif
antara lain melalui wawancara sejarah hidup dan penilaian ciri
kepribadian.
Hanya sedikit instrumen yang mengukur prestasi kreatif, diantaranya Daftar Periksa (Chekslist)
atau petunjuk dan prestasi kreatif dari kehidupan nyata. Identifikasi
talenta kreatif dilakukan melalui beberapa cara yang meliputi ukuran
kemampuan berpikir kreatif, orisinalitas, imagery kreatif, dan persepsi diri kreatif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar