BAB I
PEMBAHASAN
A.
DASAR
PERTIMBANGAN UNTUK PENGEMBANGAN KREATIVITAS
1.
Hakikat Pendidikan
Kemajuan
suatu kebudayaan bergantung pada cara kebudayaan tersebut mengenali, menghargai
, dan memanfaatkan sumber daya manusia dan hal ini berkaitan erat dengan
kualitas pendidikan yang diberikan erat dengan kualitas pendidikan yang
diberikan kepada anggota masyarakatnya, kepada peserta didik.
Tujuan pendidikan pada umumnya adalah menyediakan
lingkungan memungkinkan peserta didik
untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya secara optimal, sehingga ia dapat
mewujudkan dirinya dan berfungsi sepenuhnya, sesuai dengan kebutuhan pribadinya
dan kebutuhan masyarakat. Pendidikan bertanggung jawab untuk memandu-yaitu
mengidentifikasi dan membina-serta memupuk-yaitu mengembangkan dan
meningkatkan-bakat tersebut, termasuk bakat yang ada pada mereka yang berbakat istimewa atau memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa (gifted
and talented).
2. Kebutuhan akan Kreativitas
Meningkatnya
otomatisasi dalam perusahaan modern membawa dampak bahwa pengambilan keputusan
perorangan dan pemikiran konstruktif
dalam bekerja tidak diperlukan lagi, kecuali pada jabatan-jabatan tertentu
saja. Semakin panjangnya waktu luang menyebabkan kita membutuhkan penyaluran
energi ke usaha atau kegiatan kreatif.
Bahkan dalam kehidupan
pribadi dan keluarga tampak ada kecenderungan kuat kearah penstereotipan (
perilaku klise ), seakan-akan perilaku
orisinal atau yang “ lain daripada yang lain “ di pandang sebagai
aneh bahkan dapat berbahaya. Meningkatnya kemajuan teknologi dan
meledaknya jumlah penduduk yang disertai berkurangnya persediaan sumber-sumber
alami.
3. Masalah
Penelitian dan Pengembangan Kreativitas
Salah
satu kendala konseptual utama terhadap
studi kreativitas adalah pengertian tentang kreativitas sebagai sifat yang
diwarisi oleh orang yang berbakat luar
biasa atau genius.kreativitas di
asumsikan sebagai sesuatu yang di miliki atau tidak di miliki dan tidak banyak
yang dapat di lakukan melalui pendidikan untuk mempengaruhi nya.
Kendala konseptual lain
nya terhadap”gerakan kreatifitas” terletag pada alat-alat ukur (tes) yang biasa
nya di pakai di sekolah-sekolah,yaitu tes intelegensi tradisyonal yang mengukur
kemampuan murid untuk belajar dan tes prestasi belajar untuk menilai kemajuan
siswa selama program pendidikan. Kemampuan
berfikir divergen dan kreatif, yaitu menjajaki berbagai kemungkinan jawaban
atau suatu masalah,jarang diukur.
Sebab utama dari
kekurangan perhatian dunia pendidikan dan fsikologiterhadap kreatifitas
terletag pada kesulitan merumuskan konsep kretifitas itu sendiri.
Sebab lain dari
kelalaian terhadap masalah perkembangan kreativitas adalah metodelogi. Tuntutan
akan alat-alat ukur yang mudah di gunakan dan objektiv telah mengalihkan
perhatian dari upaya untuk mengukur kemampuan kreatif tang mengharuskan di
gunakan nya jenis tes berfikir difergen.
Penggunaan model stimulus-response dalam teori belajar
merupakan sebab lain dari kurang nya perhatian psikolagi dan pendidikan
terhadap kreatifitas (Guilford,1959)
4. Hubungan Kreatifitas-Intelegensi
Asumsi
bahwa intelegensi adalah kualitas yang tunggal (unitari), diwariskan secara
genetis,dan dapar diukur.Spearman (1929) percaya bahwa intelegensi mencakup faktor (daya
penalaran abstrak) yang konsisten,dan faktor spesifik (s) yang berbeda pada kinerja yang
berbeda.Thurstone (1938) sebalikanya percaya bahwa intelegensi bersifat multi
demensi,mencakup tujuh kemampuan mental primer (primary mental
abilities).Teori-teori dewasa ini lebih condong meluaskan condong meluaskan
konsep intelegensi,meskipun dengan cara-cara yang berbeda.Kreativitaspun
merupakan konsep yang bersifat multidemensi,yang dapat ditinjau dari
demensi-demensi berbeda.Guliford dengan pidatonye yang terkenal pada tahun 1950
berupaya menarik perhatian tehadap masalah kreativitas dalam pendidikan,yaitu
bahwa pengembangan kreativitas ditelantarankan dalam pendidikan formal padahal
ini amat bermakna bagi kemajuan ilmu pengetahuan dan seni budaya.Teori ‘’ambang
intelegensi untuk kreativitas ‘’ dari Anderson memaparkan bahwa sampai tingkat
intelegensi tertentu,yang di perkirakan seputar IQ 120,ada hubungan yang erat antara
intelegensi dan kreativitas.Penelitian Utama Munandar (1977) ditunjukan bahwa
hasil studi kolerasi dan analisis faktor membuktikan tes kreativitas sebagai demensi fungsi kognitif yang relatif
bersatu yang dapat dibedakan dari tes
intelegensi,tetapi berfikir divergen (kreatifitas)juga menunjukan hubungan yang
bermakna dengan berfikir konvergen (intelegensi).
5. Peranan Inteligensi dan Kreativitas
terhadap Prestasi Belajar
Masalah dimensionalitas
kreativitas dan intelegensi dalam pendidikan adalah masalah peranan kreativitas
dan intelegensi dalam prestasi di sekolah.
Torance (1959) , Getzels
dan Jackson (1962), dan Yamamoto (1959) berdasarkan studinya masing-masing
sampai pada kesimpulan yang sama, yaitu bahwa kelompok siswa yang
kreativitasnya tinggi tidak berbeda dalam prestasi sekolah dari kelompok siswa
yang intelegensi nya relatif lebih tinggi.
Milgram (1990)
menekankan bahwa intelegensi atau IQ
semata-mata tidak dapat meramalkan kreativitas dalam kehidupan nyata.
Demikian pula tes kreativitas sendiri.
Menurut Cropley (1994)
true giftedness ( keberkatan sejati ) merupakan gabungan antara kemampuan
konvensional ( ingatan baik, berpikir logis,pengetahuan faktual,kecermatan ,
dan sebagainya) dan kemampuan kreatif ( menciptakan gagasan, mengenal kemungkinan
alternatif,melihat kombinasi yang tidak diduga,memiliki keberanian untuk
mencoba sesuatu yang tidak lazim, dan sebagainya.
Dengan mengetahui
hubungan antara kreativitas, intelegensi, dan ingatan dengan prestasi belajar,
serta bagaimana sumbangan relatif masing-masing terhadap keberhasilan sekolah,
kita dapat menarik kesimpulan mengenai corak dan tujuan sistem pendidikan disebut diagnostik terbalik (inverted diagnostics)
oleh Hofstee (1969). Dalam asesment siswa maupun penilaian sistem pendidikan
sebaiknya digunakan berbagai tes yang yang mempunyai arti psikologis yang
bermakna dan yang cukup beragam, sehingga memberikan gambaran yang lebih
lengkap mengenai kualitas sistem
pendidikan. Akhir-akhir ini indonesia tampak peningkatan penggunaan tes
kreativitas baik dalam bidang pendidikan untuk seleksi penerimaan siswa, calon mahasiswa dan calon
guru-guru maupun dalam perusahaan seleksi karyawan,staf, dan manajer.
6. Sikap
Kreatif Sebagai Ciri Non-Bakat (Non-AptitudeTraid
) dari Kreatifitas
Produktifitas kreatif
dipengaruhi oleh peubah (Variable) majemuk yang meliputi factor
sikap,motifasi,dan tempramen di samping kemampuan kognitif.
Studi yang di lakukan Roe (1952),MacKinnon(1962),dan Cattell(1968), semuanya menunjukan bahwa profil kepribadian dari tokoh-tokoh yang unggul kreatif berbeda dari profil kepribadian rata-rata. Factor analisis seputar cirri-ciri utama dari kreatifitas,membedakan GuilFord (1956) membedakan antara cirri bakat (Aptitude traid) dan cirri non-bakat (Non-Aptitude Traide) yang berhubungan dengan kreatifitas.
Studi yang di lakukan Roe (1952),MacKinnon(1962),dan Cattell(1968), semuanya menunjukan bahwa profil kepribadian dari tokoh-tokoh yang unggul kreatif berbeda dari profil kepribadian rata-rata. Factor analisis seputar cirri-ciri utama dari kreatifitas,membedakan GuilFord (1956) membedakan antara cirri bakat (Aptitude traid) dan cirri non-bakat (Non-Aptitude Traide) yang berhubungan dengan kreatifitas.
Ciri-ciri aptitude dari
kreatifitas (berfikir kreatif) meliputi kelancaran,kelenturan atau keluesan (fleksibilitas),dan
orisinalitas dalam berfikir,dan cirri-ciri ini di oprasional kan dalam tes
berfikir difergen. Antar cirri-ciri non-uptude atau efektif ini misalnya
kepercayaan diri,keuletan,apresiasi estetika,kemandirian dan cirri-ciri
uptitude dari klreatifitas misalnya kelancaran,kelnturan,dan orisinalitas dalam
berfikir. Keberbakatan atau (giftedness) merupakan perpaduan antara kemampuan
umum atau kecerdasan (inteligensi), kreatifitas(kemampuan berfikir kreatif dan
bersikap kreatif),dan pengikatan diri terhadap[ tugas (taskcomitment) atau
motifasi internal,yang juga merupakan non-aptitude traid.
7. Sikap Guru dan Orangtua mengenai
Kreativitas
Ciri-ciri
kepribadian di pengaruhi oleh factor lingkungan seperti, keluarga dan sekolah.
Kedua lingkungan pendidikan ini dapat berfungsi sebagai pendorong (press) dalam pengembangan kreatifitas anak . pendidikan
adalah mengembang kan sikap dan kemampuan peserta didik yang dapat membantu
untuk menghadapi persoalan-persoalan di masa mendatang secara kreatif dan
inofatif. Menjejalkan bahan pengetahuan semata-mata tidal akan banyak menolong
peserta didik,karna belum tentu di masa mendatang ia dapat menggunakan
informasi tersebut. Penelitian menunjukan bahwa perkembangan optimal dari
perkembangan berfikir kreatif berhubungan erat dengan cara mengajar.
Getzels
dan jacksoon (1962) guru lebih menyukai siswa dengan kecerdasan.
8. Dasar Pertimbangan yang Berkaitan
dengan Perkembangan Kreativitas
(1) Dewasa ini dampak adanya kesenjangan
antara kebutuhan akan kreativitas dan perwujudanya di dalam masyarakat pada
umumnya,dan dalam dipendidikan sekolah pada khisusnya.
(2) Pendidikan disekolah lebih berorientasai pada
pengembangan kecerdasan (intelegensi) dari pada pengembangan kreativitas sedangkan
keduanya sama pentingnya untuk mencapai
keberhasilan dalam belajar dan dalam hidup.
(3 ) Pendidikan (guru
dan orangtua) masih kurang memahami arti kreativitas yang meliputi ciri bakat
dan non bakat dan bagaimana mengembangkan pada anak dalam lingkungan pendidikan:
dirumah,diseko;lah dan dalam masyarakat.
(4) Masih sangat kurang
pelayanan pendiddikan khusus bagi mereka yang berbakat istimewa sebagai sumber daya
manusia yang sesuai dengan potensinya, dapat memberikan konstribusi yang
bermakna kepada masyarakat. Akibatnya banyax anak berbakat berprestasi dibawah potensi mereka.
(5) Dalam pelayanan
pendidikan bagi anak berbakat,pengembangan kreativitas sebagai salah satu
faktor utama yang menentukan keberbakatan merupakan suatu tuntutan.
B.
DASAR
PERTIMBANGAN UNTUK PENDIDIKAN KEBERBAKATAN
Pada
konferensi Asia-Pasifik ke-4 tentang keberbakatan di Jakarta, 4-8 Agustus
1996,Prof.Dr.Wardiman Djojonegoro sebagai menteri pendidikan dan kebudayaan
dalam pidato kuncinya yang berjudul ‘’Gifterdnees: A Gift and a Challenge’’,menyatakan
bahwa keberbakatan merupakan karunia dan juga tantangan bagi setiap bangsa
(Gift berarti bakat maupun karunia).
Pertimbangan atau alasan mengapa pelayanan
pendidikan khusus bagi yang berbakat memang di perlukan:
(1)
Keberkatan tumbuh dari proses interaktif
antara lingkungan yang merangsang dan kemampuan pembawaan dan prosesnya
(2)
Pendidikan atau sekolah hendaknya dapat
memberikan kesempatan pendidikan yang sama kepada semua anak untuk
mengembangkan potensinya ( bakat-bakat ) secara penuh.
(3)
Jika anak berbakat dibatasi dan dihambat
dalam perkembangannya, jika mereka tidak dimungkinkan untuk maju lebih cepat
dan memperoleh materi pengajaran sesuai dengan kemampuannya, sering mereka
menjadi bosan,jengkel,atau acuh tak acuh.
(4)
Terhadap kekhawatiran bahwa pelayanan
pendidikan khusus bagi anak berbakat akan membentuk kelompok elite, perlu
dipertanyakan apa yang dimaksud dengan elite adalah “golongan atas” maka memang
di tinjau dari keunggulan bakat dan kemampuannya mereka tergolong elite.
Sehubung
dengan pembentukan kelompok elite, sering kekhawatiran ini adalah berdasarkan
salah paham bahwa mereka yang berbakat adalah dari golongan sosial ekonomi
tinggi.pendapatan ini tidak sesuai dengan kenyataan.
(5)
Anak dan remaja berbakat merasa bahwa
minat dan gagasan mereka sering berbeda dari teman sebaya; hal ini dapat
membuat mereka merasa terisolasi, merasa diriny “lain daripada yang lain”,
sehingga tidak jarang mereka membentuk konsep diri yng negatif (Yaumil Achir,1990).
(6)
Jika kebutuhan anak berbakat dipertimbangkan,
dan dirancang program untuk memenuhi kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan
pendidikan mereka sejak awal, maka mereka menunjukkan peningkatan yang nyata
dalam prestasi, sehingga tumbuh rasa kompetensi dan rasa harga diri
(7)
Mereka yang berbakat jika diberi
kesempatan dan pelayanan pendidikan yang sesuai akan dapat memberi sumbangan
yang bermakna kepada masyarakat dalam semua bidang usaha manusia.
(8)
Dari sejarah toko-toko yang yang unggul
dalam bidang tertentu ternyata memang ada di bangku sekolah tidak dikenal
sebagai seseorang yang menonjol dalam prestasi sekolah (antara lain Albert
Einstein dan Thomas Edison), namun mereka berhasil dalam hidup.
Jadi
tidak benar bahwa anak yang berbakat akan dapat mencapai prestasi tinggi dengan
sendirinya dan tidak memerlukan perhatian dan pelayanan pendidikan khusus.
C.
KEBIJAKAN
1.
Kebijakan tentang Pelayanan Pendidikan
Anak Berbakat
Karena peserta didik
berbeda-beda dalam bakat,minat,dan kemampuan,mka implikasinya adalah bahwa
perlakuan pendidikan perlu di sesuaikan dengan potensi setiap peserta didik.
Sebagai mana mereka yang tingkat kecerdasan nya jauh di bawah rata-rata (tuna
grahita) tidak dapat menarik manfaat seutuh nya dari pendidikan biasa (reguler)
dan memerlukan pendidikan luar biasa agar kemampuan nya dapat di kembangkan
secara optimal,demikian pula peserta didik dengan tingkat kemampuan intelegtual
jauh di atas rata-rata (anak berbakat) memerlukan perlakuan pendidikan khusus agar
bakat dan potensinya yang unggul dapat di wujudkan sepenuhnya UUSPN 1989 maupun
GBHN 1993 amat mendukung p[emberian
perhatian dan pelayanan pendidikan khusus tidak hanya bagi anak berbakat tetapi
bagi setiap peserta didik dan warga Negara yang memiliki kemampuan dalam
kecerdasa luar biasa
2. Kebijakan tentang Pengembangan Kreativitas
Dalam GBHN 1993 (kaidah
penuntun)termasuk bahwa “pembangunan ekonomi harus mengaruh pada mantap nya
system ekonomi nasyonal berdasarkan pada pancasila dan undang-undang dasar 1945
yang disusun untuk mewujudkan demokrasi ekonomi yang haruis di jadikan dasar
pelaksanaan pembangunan yang memiliki ciri, antara lain,potensi,inisiatif,dan
daya kreasi setiap warga Negara di perkembangkan sepenuhnya dalam batas-batas
yang tidak merugikan kepentingan umum”. Dalam GBHN 1993 dinyakan bahwa/
pengembangan kreatifitas hendak nya di mulai pada anak usioa dini,yaitu di
lingkungan keluarga sebagai tempat pendidikan pertama dan dalam pendidikan
prasekolah./kreatifitas perlu di pupuk,di kembangkan dan dikembangkan.
3. Peranan Kreativitas dalam Program
Pendidikan Keberbakatan
Kreatifitas biasanya di
sebut sebagai priopritas. Kreatifitas hendaknya meresap dalam seliruh kurikulum
dan iklim kelas melalui factor-faktor srperti sikap menerima keunikan individu,
pertanyaan yang berakhir terbuka, penjajakan (eksplorasi) dan kemungkinan
membuat pilihan.
D.
KONSEP
KREATIVITAS
1.
Kreativitas dan Aktualisasi Diri
menurut
fisikolog humanistic seperti Abraham maslow dan carl rogers, aktualisasi diri
adalah apabila seseorang menggunakan semua bakat dan talenta nya untuk menjadi
apa yang dia mampu menjadi mengaktualisasikan atau mewujudkan pontensi nya.
Pribadi yang dapat mengaktual;isasikan dirinya adalah terutama seseorang yang
sehat mental dapat menerima dirinya,selalu tumbuh,berfungsi sepenuhnya,dan berfikir demokratis. Menurut
maslow 1968 aktualisasi diri merupakn karakteristik yang pundamental,suatu
potensialitas yang ada pada semua manusia saat di lahirkan,tetapi yang sering
hilang,terhambat atau terpendam dalam proses “pembudayaan”.
Kreativitas
aktualisasi diri adalah banyak program
kreatifitas yang bnerhasil dilandasi oleh tujuan meniingkatkan kesadaran
kreatifitas , memperkokh sikap kreatif seperti menghargai gagasan baru .
mengajarkan tehnik menemukan gagasan dan memecahkan masalah secara kreatif,dan
melatih kemampuan kreatif secara umum.
2. Konsep
Kreativitas dengan Pendekatan Empat P
salah satu masalah
penting dalam meneliti, mengidentifikasi,dan mengembang
kan kreatifitas adalah bahwa ada begitu banyak definisi tentang kreatifitas,
tetapi tidak ada satu definisi pun yang dapat di terima secara unifersal
Rhods menyebut keempat jenis devinisi tentang kreatifitas ini sebagai “fourP’s of Creatifity:
Person,Process,Press,Product”.
1) Definisi
Pribadi
Tindakan kreatifitas
muncul dari keunikan keseluruhan pribadian dalam interaksi dengan lingkungan
nya.fokus pada aspek pribadi jelas dalam definisi ini. Definisi (teori)
mutakhir tentang kreatifitas yang juga menekan kan penting nya aspek pribadi di
berikan sternbreg dalam “Threefacet model of kreatifity” 1988yaitu kreatifitas
merupakan titik pertemuan yang khas antara tiga atribut psikologis: intelegensi
,gaya kognitif, dan kepribadian/ motivasi. Secara bersamaan ketiga segi dalam
alam pikiran ini membantu memahami apa yang melatarbelakangi individu yang
kreatif.
2) Definisi
Proses
Definisi Torrance ini
meliputi seluruh proses kreatif dan ilmiah mulai dari menemukan masalah sampai
dengan menyampaikan hasil. Adapun langkah-langkah proses kreatif menurut Wallas ( 1926, dalam Vernon, 1982) yang sampai
sekarang masih banyak diterapkan dalam pengembangan kreativitas meliputi tahap
persiapan, inkubasi, iluminasi, dan vertifikasi.
3) Definisi
Produk
Definisi yang berfokus pada produk
kreatif menenkankan unsur orisinalitas, kebaruan, dan kebermaknaan, seperti
definisi dari
Rogers (1982)
mengemukakan kreteria untuk produk kreatif adalah:
(1) Produk itu harus
nyata (observable)
(2) Produk itu harus
baru
(3) Produk itu adalah
hasil dari kualitas unik unik individu dalam interaksi
dengan lingkunganya.
4) Definisi
Pendorong
Kreativitas tidak hanya
tergantung pada keterampilan dalam bidang dan dalam berfikir kreatif,tetapi
juga pada motivasi intrinsik (pendorong internal) untuk bersibuk diri dalam
bekerja,dan pada lingkungan sosial yang kondusif (pendorong
eksternal).Masyarakat yang menentukan Apa dan Siapa yang dapat disibut kreatif.
E.
KONSEP
KEBERBAKATAN DAN ANAK BERBAKAT
Dalam
keperpustakaan ditemukan berbagai dari pendekatan ‘’unidimensional’’(seperti
definisi dari Teman yang menggunakan intelegensi sebagai kriteria tunggal untuk
mengidentifikasi anak berbakat,yaitu IQ 140 kependekataan ‘’multidimensional’’
yang memerlukan cara-cara dan alat-alat yang berbeda-beda pula untuk
mengidentifikasinya.
1
Definisi U.S.O.E tentang Keberbakatan
Anak berbakat adalah
mereka yang oleh orang-orang profesional diidentifikasikan sebagai anak yang
mampu mencapai prestasi yang tinggi karena
mempunyai kemampuan –kemampuan yang unggul. Anak-anak tersebut memerlukan
program pendidikan yang berdiferensiasi dan atau pelayanan di luar jaungkauan
program sekolah biasa agar dapat merealisasikan sumbngan mereka terhadap
masyarakat maupun untuk pengembangan diri sendiri.
Kemampuan-kemampuan
tersebut, baik secara potensial maupun yang telah nyata, meliputi:
·
Kemampuan intelektual umum (kecerdasan
atau intelegensi)
·
Kemampuan akademik khusus
·
Kemampuan berpikir kreatif-produktif
·
Kemampuan memimpin
·
Kemampuan dalam salah satu bidang seni
·
Kemampuan psikomotor (seperti dalam
olahraga)
2. Konsepsi Renzulli tentang Keberbakatan
Tiga ciri pokok yang merupakan
kriteria (persyaratan) keberbakatan adalah keterkaitan antara:
·
Kemampuan umum di atas rata-rata
·
Kreativitas di atas rata-rata
·
Pengikatan diri terhadap tugas ( task
commitment) yang cukup tiggi.
Suatu definisi memenuhi
kriteria berikut:
·
Harus berdasarkan riset tentang
karakteristik orang berbakat.
·
Memberi arah dalam seleksi dan / atau
pengembangan instrumen dan prosedur identifikasi.
·
Memberi arah dan berkaitan dengan
praktek program, seperti seleksi materi dan metode instruksi serta seleksi dan
pelatihan guru anak berbakat.
1) Kemampuan
di Atas Rata-rata (Inteligensi)
Salah satu kesalahan
dalam identikasi anak berbakat adalah anggapan bahwa hanya kecerdasan dan
kecakapan sebagaimana diukur dengan tes intelegensi dan tes prestasi belajar
menentukan kebersamaan dan prokdutivitas kreatif seseorang.
2) Kreativitas
Tandan ciri kedua yang
dimiliki anak/orang berbakat adlah
kreativitas,sebagai kemampuan umum untuk mencipta suatu yang baru,sebagai
kemampuan untuk memberi gagasan –gagasan yang dapat ditepkan dalam pemecahan masalah atau
sebagai kemampuan untuk melihat
hubungan-hubungan baru antara unsur-unsur
yang sudah ada sebelumnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar