Selasa, 24 September 2013

IDENTIFIKASI DAN PENGUKURAN BAKAT DAN KREATIVITAS

IDENTIFIKASI DAN PENGUKURAN BAKAT DAN KREATIVITAS
A.      ALASAN UNTULK MENEMUKENALI BAKAT KREATIF
Dari berbagai alasan yang dikemukakan untuk mengukur bakat kreatif, lima alasan tampak paling penting yaitu untuk tujuan pengayaan (enrichment), remedial, bimbingan kejhuruan, penilaian program pendidikan, dan mengkaji perkembangan kreativitas pada berbagai tahap kehidupan.
1.       Pengayaan
Tujuan utama tes kreativitas adalah untuk mengidentifikasi bakat kreatif anak. Karena kreativitas sangat bermakna dalam hidup, masyarakat terutama orangtua dan guru ingin memberikan pengalaman pengayaan kepada mereka yang berbakat kreatif.
Secara historis, keterbakatan diartikan sebagai mempunyai inteligensi (IQ) yang tinggi, dan tes inteligensi tradisional merupakan ciri utama untuk mengidentifikasikan anak berbakat intelektual. Anak berbakat intelektual diizinkan meloncat kelas, atau masuk kelas khusus (advanced placement class) yang menuntut mereka harus bekerja lebih banyak dan lebih keras.
Lewis Terman telah melakukan studi longitudinal terhadap 1528 anak dan remaja dengan IQ 140 atau lebih, disebut genius. Terman menemukan bahwa meskipun siswa-siswi ini mencapai prestasi lebih tinggi dari rata-rata siswa, tetapi hanya sedikit sekali di antara mereka yang menjadi termasyur karena kualitas dan kinerjanya, disebut sindrom siswa baik; dalam upaya untuk berhasil di sekolah dan dalam hidup, agaknya mereka kurang memiliki atau kehilangan imajinasi petualangan yang diperlukan untuk mencapai tingkat keberhasilan yang tinggi.
Kesamaan antara inteligensi dan talenta khusus adalah apa yang disebut precocity (keadaan cepat menjadi matang). Anak yang  precocious adalah seseorang yang mampu melakukan hal-hal yang biasanya dilakukan oleh mereka yang lebih tinggi usianya. Keuntungan ini dapat atau tidak dapat dipertahankan selama jangka hidup, tetapi bagaimanapun, prococity belum tentu berarti mampu mencapai produktivitas yang orisinil disebut prodigiousness. Child prodigy adalah seseorang yang prestasinya begitu luar biasa dan langka sehingga menakjubkan.
2.       Remediasi
Alasan untuk melakukan pengukuran (assessment) adalah untuk menemukenali mereka yang kemampuan kreatifnya sangat rendah.
Yang tidak menguntungkan adalah bahwa program remedial dalam kreativitas masih sangat langka, karena kita kurang mengetahui bagaimana melakukan hal ini, banyak orang melihat kreativitas sebagai bakat pembawaan dan tidak sebagai suatu kapasitas yang dapat dipelajari dan dilatih.
3.       Bimbingan Kejuruan
Untuk membantu siswa memilih jurusan pendidikan dan karier masih trahap awal. Informasi mengenai kemampuan ini berguna dalam menyarankan siswa mengikuti pendidikan dan kejuruan yang menuntut kemampuan kreatif.
4.       Evaluasi Pendidikan
Pendidik sering mengalami kesulitan untuk memutuskan apakah sekolah akan menggunakan program pengembangan kreativitas. Dapat menyebabkan menurunnya prestasi belajar siswa. Sesungguhnya faktor-faktor lainlah bertanggung jawab untuk menurunnya rata-rata prestasi siswa, yaitu terlalu banyak menonton televisi, kurangnya pengawasan atas pekerjaan rumah, dan peningkatan jumlah siswa yang kemampuannya rendah. Kurangnya evaluasi hasil pendidikan menyulitkan untuk menentukan apakah programnya efektif. Diperlukan evaluasi pendidikan secara menyeluruh dan berkelanjutan.
5.       Pola Perkembangan Kreativitas
Pakar psikologi tertarik untuk mengetahui pola perkembangan kreativitas karena dua alasan: pertama, mereka ingin mengetahui bagaimana pertumbuhan dan penurunan kreativitas pada macam-macam tipe orang; dan kedua, mereka ingin mengetahui apakah ada masa puncak kala mana kreativitas sebaiknya dilatih.
Penelitian seperti ini menghadapi masalah khusus; untuk membandingkan kelompok usia usia (atau kelompok suku, jenis kelamin dll) perlu menggunakan tes yang sama atau sebanding.
6.       Tujuan Penggunaan Tes Kreativitas
Ada 3 penggunaan utama untuk tes kreativitas, yaitu untuk mengidentifikasi siswa berbakat kreatif, untuk tujuan penelitian, dan untuk tujuan konseling.
a.       Identifikasi Anak Berbakat Kreatif
Tes kreativitas sering digunakan untuk mengidentifikasi siswa berbakat kreatif untuk program anak berbakat intelektual. Kebanyakan program anak berbakat berasaskan bahwa siswa kreatif perlu diidentifikasikan dan kreativitas perlu diajarkan.
b.      Penelitian
Penelitian membantu kita memahami perkembangan kreativitas. Tes kreativitas dalam penelitian dapat digunakan dengan dua cara. Pertama, untuk mengidentifikasi orang-orang kreatif dan membandingkan mereka dengan orang-orang biasa. Kedua, tes kreativitas dalam penelitian dapat digunakan untuk menilai dampak pelatihan kreativitas terhadap kekreatifan peserta.
c.       Konseling
Konselor atau psikolog sekolah di sekolah dasar dan menengah memerlukan informasi mengenai seorang siswa yang dikirim karena sikapnya yang apatis, tidak kooperatif, berprestasi kurang, atau karena masalah lain. Mungkin saja siswa itu sebetulnya kreatif, tetapi tidak tahan akan pekerjaan rutin yang baginya membosankan, sikap guru yang otoriter dan kurang memberikan kebebasan dalam ungkapan diri.
Tes kreativitas dapat membantu konselor, guru, orangtua, dan siswa sendiri untuk mengenali dan memahami bakat kreatif siswa yang terpendam. Informasi ini memungkinkan guru untuk merancang kegiatan yang menantang dan menarik bagi siswa kreatif.
B.      JENIS ALAT UNTUK MENGUKUR BAKAT KREATIF
Potensi kreatif dapat diukur melalui beberapa pendekatan, yaitu pengukuran langsung; pengukuran tidak langsung, dengan mengukur unsur-unsur yang menandai ciri tersebut; pengukuran ciri kepribadian yang berkaitan erat dengan ciri tersebut; dan beberapa jenis ukuran yang bukan tes. Pendekatan kelima adalah dengan menilai produk kreatif nyata.
1.       Tes yang Mengukur Kreativitas secara Langsung
Sejumlah tes kreativitas telah disusun dan digunakan, antara lain tes terkenal dari Torrance yang digunakan untuk mengukur pemikiran kreatif (Torrance Test of Creative Thinking: TICT) yang mempunyai bentuk verbal dan bentuk figural. Ada yang sudah diadaptasi untuk Indonesia, yaitu Tes Lingkaran (Circles Test) dari Torrance.tes ini pertama kali digunakan di Indonesia dalam penelitian Utami Munandar (1997) untuk disertasinya “Greativity and Education”, dengan tujuan membandingkan ukuran kreativitas verbal dengan ukuran kreatifitas figural.
2.       Tes yang Mengukur Unsur-Unsur Kreativitas
Kreativitas merupakan suatu konstruk yang multidimensi, terdiri dari berbagai dimensi, yaitu dimensi kognitif (berpikir kreatif), dimensi afektif (sikap dan kepribadian), dan dimensi psikomotorik (keterampilan kreatif). Masing-masing dimensi meliputi berbagai kategori, misalnya dimensi kognitif dari kreativitas-berpikir divergen-mencakup antara lain kelancaran, kelenturan, dan orisinalitas dalam berpikir, kemampuan untuk memperinci (elaborasi), dll.
3.       Tes yang Mengukur Ciri Kepribadian Kreatif
Beberapa tes mengukur ciri-ciri khusus, antara lain adalah :
·         Tes Mengajukan Pertanyaan, yang merupakan bagian dari Tes Torrance untuk Berpikir Kreatif.
·         Tes Risk Taking, digunakan untuk menunjukkan dampak pengambilan resiko terhadap kreativitas.
·         Tes Figure Preference dari Barron-Welsh yang menunjukkan dampak pengambilan risiko terhadap kreativitas.
·         Tes Sex Role Identity untuk mengukur sejauh mana seseorang mengidentifikasikan diri.
·         Dengan peran jenis kelaminnya. Alat yang sudah digunakan di Indonesia adalah Bem Sex Role Inventory.
4.       Pengukuran Bakat Kreatif secara Non-Tes
Dalam upaya mengatasi keterbatasan tes tertulis untuk mengukur kreativitas dirancang beberapa pendekatan alternatif.
·         Daftar Periksa (Cheklist) dan Kuesioner
Alat ini disusun berdasarkan penelitian tentang karakteristik khusus yang dimiliki pribadi kreatif.
·         Daftar Pengalaman
Teknik ini menilai apa yang telah dilakukan seseorang di masa lalu. Beberapa studi menemukan korelasi yang tinggi antara “laporan diri” dan prestasi kreatif di masa depan. Format yang paling sederhana adalah meminta seseorang menulis autobiografi singkat, yang kemudian dinilai untuk kuantitas dan kualitas perilaku kreatif.
Metode yang paling formal adalah The State of Past Creative Activities yang dikembangkan oleh Bell. Instruksinya: “Daftarlah kegiatan kreatif yang telah Anda lakukan selama 1-3 tahun terakhir. Meliputi kegiatan seni, sastra, atau ilmiah.
5.       Pengamatan Langsung terhadap Kinerja Kreatif
Mengamati bagaimana orang bertindak dalam situasi tertentu nampaknya merupakan teknik yang paling absah, tetapi makan waktu dan dapat pula bersifat subyektif.
C.      ALAT IDENTIFIKASI BERDASARKAN ENAM BIDANG BAKAT
Sesuai dengan definisi U.S.O.E., bakat kreatif merupakan salah satu dari enam bidang keberbakatan.
Definisi Marland tentang kebebakatan, membedakan enam bidang keberbakatan yaitu:
·         Bakat intelektual umum
·         Bakat akademik khusus
·         Bakat kreatif-produktif
·         Bakat kepemimpinan
·         Bakat seni visual dan pertunjukkan
·         Bakat psikomotor
1.       Identifikasi Kemampuan Intelektual Umum
Untuk mengidentifikasi kemampuan intelektual umum ditentukan taraf inteligensi atau IQ (Intelligence Quotient). Ada dua macam tes inteligensi, yaitu tes inteligensi individual dan tes inteligensi kelompok.
Tes inteligensi individual merupakan cara yang lebih cermat untuk menemukenali kemampuan intelektual umum anak, karena diberikan secara perorangan sehingga memungkinkan mengobservasi anak ketika dites. Tes inteligensi individual membutuhkan banyak waktu untuk pengetesannya, dan biaya pengetesan termasuk cukup mahal.
Tes inteligensi kelompok lebih efisien, baik dalam ukuran waktu dan biaya. Keterbatasannya adalah bahwa tes inteligensi kelompok tidak memungkinkan kontak dan pengamatan anak selama diuji, sehingga sulit diketahui apakah hasil tes inteligensi kelompok sudah optimal, dalam arti betul-betul menggambarkan kemampuan intelektual anak. Tes inteligensi kelompok yang banyak digunakan di Indonesia adalah tes Progressive Matrices dari Raven, Culture-Fair Intelligence Test (CFIT), dan Tes Inteligensi Kolektif Indonesia (TIKI). Yang terakhir khusus dikembangkan untuk Indonesia oleh Fakultas Psikologi Universitas Padjajaran dan Free University of Amsterdam, Belanda.
Tes inteligensi kelompok biasanya digunakan pada tahap pertama, yaitu tahap penjaringan (screening) dengan tujuan dapat menjaring dengan waktu singkat siswa yang memenuhi syarat untuk mengikuti tahap berikutnya yaitu tahap penyaringan (tahap seleksi). Pada tahap kedua ini digunakan tes inteligensi individual dengan tujuan mengambil keputusan tentang siswa mana yang dapat dikategorikan sebagai berbakat intelektual dan dapat mengikuti program pendidikan keberbakatan.
Identifikasi siswa berbakat berlangsung dalam dua tahap, yaitu tahap penjaringan dan tahap penyaringan. Pada tahap penjaringan diberi tes Progressive Matrices dan tes Prestasi Belajar Baku (Standardized Achievement Test). Semua siswa yang mencapai skor inteligensi di atas rata-rata boleh meneruskan mengikuti tahap penyaringan; tes yang diberikan pada tahap ini adalah Tes Kreeativitas Verbal (TKV) dan Tes Inteligensi Kolektif Indonesia (TIKI). Yang terakhir, meskipun diberikan kepada kelompok tetapi dinilai cukup cermat dan andal, karena tes ini meliputi sebelas subtes yang masing-masing mengukur bidang kemampuan intelektual yang berbeda, sehingga memberikan profil yang lebih berdiferensiasi tentang bakat intelektual siswa, dibandingkan tes Progressive Matrices yang hanya terdiri dari satu tipe tes.
2.       Identifikasi Bakat Akademik Khusus
Cara lain untuk mengidentifikasi anak berbakat intelektual adalah dengan melihat prestasi akademis, bersama-sama dengan pengukuran IQ. Jika tes inteligensi bertujuan mengukur kapasitas untuk berprestasi baik di sekolah, tes prestasi akademis bertujuan mengukur pembelajaran dalam arti pengetahuan tentang fakta dan prinsip, dan dapat ditambahkan kemampuan untuk menerapkannya dalam situasi kompleks dan yang menyerupai hidup.
Prestasi belajar dapat diukur sehubungan dengan kinerja pada mata ajaran di sekolah dalam kelas tertentu, dalam hal ini tes dapat dibuat oleh guru sendiri, atau dapat diukur sehubungan dengan apa yang diharapkan dipelajari oleh siswa dari tingkat kelas tertentu di seluruh negeri (secara nasional); dalam hal ini diberi tes prestasi belajar baku. Tes ini terdiri dari berbagai subtes, dan memberikan petunjuk sejauh mana peserta tes memenuhi syarat untuk mengikuti pendidikan tersier.
3.       Identifikasi Bakat Kepimpinan
Kemampuan untuk memimpin tidak hanya mencakup kemampuan intelektual, tetapi juga peubah kepribadian lainnya. Berdasarkan tinjauan teori dan hasil riset, pada umumnya ditemukan faktor berikut yang paling erat kaitannya dengan kepemimpinan:
a.       Kapasitas
b.      Prestasi
c.       Tanggung jawab
d.      Peran serta
e.      Status
f.        Situasi
4.       Identifikasi Bakat Seni Visual dan Pertunjukan
Menemukenali bakat dalam bidang seni visual dan pertunjukkan tidak mudah. Masalahnya adalah bahwa beragamnya kategori talenta dan belum adanya alat yang canggih untuk mengukur bermacam-macam bidang talenta tersebut.
Baik teori maupun hasil penelitian menekankan bahwa pada umumnya orang yang bertalenta dalam seni visual dan pertunjukkan pada umumnya juga memiliki tingkat inteligensi dan kreativitas yang cukup tinggi, di samping kemampuan dan keterampilan khusus dalam bidang seni. Oleh karena itu setiap pendekatan untuk menemukenali talenta dalam bidang seni visual dan pertunjukkan harus mengikutsertakan peubah tersebut. Tes inteligensi dan tes kreativitas dapat secara umum digunakan untuk semua bidang talenta.
Jika alat psikometris yang sesuai belum ada, identifikasi bakat dalam bidang seni visual dan pertunjukkan bergantung pada metode observasi, yang dinilai oleh ahli-ahli dalam bidang seni tersebut. Diharapkan ahli-ahli tersebut tidak hanya menilai kemampuan reproduktif, tetapi juga kemampuan inovatif, dengan kecenderungan untuk dapat melepaskan diri dari bentuk seni yang konvensional tradisional semata-mata.
5.       Identifikasi Bakat Psikomotor
Kemampuan psikomotor diperlukan dalam kegiatan manusia dan dapat diamati jika seseorang belajar melakukan kegiatan olahraga dan atletik, menangani macam-macam peralatan mesin, atau jika ia memainkan alat musik atau main drama. Drajat diperlukannya keterampilan psikomotor dalam berbagai kegiatan tersebut berbeda.
Untuk mengidentifikasikan tingkat kemampuan psikomotor, sebaiknya dilakukan penjaringan terlebih dahulu untuk menentukan tingkat kemampuan intelektual, kemampuan yang khusus berkaitan dengan bidang talenta, kemampuan berpikir kreatif jika kemampuan psikomotor tersebut memerlukan inovasi (misalnya untuk dapat merancang perabot baru, atau bagi musikus untuk dapat melakukan improvisasi), dan tingkat perkembangan keseluruhan badan atau bagian badan yang berhubungan denganb kemampuan yang dicari, misalnya, kekuatan, kcepatan, koordinasi, kelenturan, dll. Tes inteligensi WISC disamping bagian verbal (yang menghasilkan IQ Performance dengan subtes yang dapat memberikan informasi bermanfaat mengenai koordinasi visual motoris, organisasi visual, dan organisasi persepsi.
6.       Identifikasi Bakat Kreatif
Kreativitas merupakan  bentuk bakat yang majemuk, oleh karena itu penyusunan ukuran-ukuran untuk mengidentifikasi bakat kreatif harus dimulai dengan definisi kerja dari konsep tersebut. Psikolog terkemuka dalam bidang pengukuran kreativitas adalah J.P. Guilford dan E.P. Torrance. Pada umumnya alat tes mereka mengutamakan kemampuan berpikir seperti kelancaran, kelenturan, orisinalitas, dan elaborasi, namun pendekatan mereka berbeda. Torrance (1974) mengukur kemampuan melalui penampilan beberapa tugas majemuk yang dirancang untuk memicu ungkapan beberapa kemampuan pada saat yang sama, sedangkan Guilford (1976) mengukur berpikir divergen dengan menggunakan format tes yang pada umumnya menuntut subjek untuk berespons terhadap banyak stimulus (rangsangan), yang masing-masing mengukur komponen khusus dari struktur intelek.
Sehubungan dengan konsep kreativitas sebagai kemampuan untuk membentuk asosiasi, perangkat yang terkenal adalah alat dari Mednick dan Mednick (1967) yang menuntut penyusunan tiga stimulus untuk menghasilkan satu asosiasi yang jauh dan orisinil (The Remote Associates Test) yang terdiri atas 32 set tiga kata, yang masing-masing mempunyai kaitan yang lemah (jauh) dengan pikiran kebanyakan orang. Subjek diminta untuk menemukan kata keempat yang ada kaitannya dengan masing-masing dari tiga kata pertama. Hanya ada satu jawaban yang tepat, hal mana menimbulkan kritik bahwa tes kreativitasnya seharusnya memungkinkan berbagai alternatif jawaban terhadap suatu masalah (berpikir divergen). Namun, terrnyata tes ini berhasil ntuk mengidentifikasikan secara cepat, sederhana dan tepat, mereka yang mempunyai bakat kreatif tinggi.
Sebagai tambahan, ada alat tes yang mengidentifikasikan pribadi kreatif melalui:
·         Biografi atau persepsi kreatif
·         Alat yang mengukur sikap dan motivasi
·         Alat yang mengukur konsep diri kreatif
·         Alat ukur kecenderungan konformitas-nonkonformitas
·         Alat yang mengukur fungsi belahan otak kiri dan kanan
·         Alat yang mengukur berpikir kreatif dalam tindakan dan gerakan.
Inventori kepribadian digunakan untuk mempelajari kepribadian kreatif, tetapi bukan terutama untuk mengukur kreativitas. Beberapa pendekatan yang efektif untuk mengidentifikasi karakteristik individu yang kreatif antara lain melalui wawancara sejarah hidup dan penilaian ciri kepribadian.
Hanya sedikit instrumen yang mengukur prestasi kreatif, diantaranya Daftar Periksa (Chekslist) atau petunjuk dan prestasi kreatif dari kehidupan nyata. Identifikasi talenta kreatif dilakukan melalui beberapa cara yang meliputi ukuran kemampuan berpikir kreatif, orisinalitas, imagery kreatif, dan persepsi diri kreatif.
          Tokoh 4P dari kreatifitas saya yaitu IBU saya.
Mengapa saya menyebutkan ibu saya sebagai tokoh kreatifitas saya ? nah, di sini saya akan menjelaskannya melalui 4 aspek dari keativitas , yaitu Pribadi, Pendorong, Press/proses , dan produk.
        
Person

Ibu saya mempunyai kepribadian yang sangat kreatif. Dikeluarga kami dia merupakan sosok yang paling dikagumi dengan kekreativan dan kecerdasannya untuk membuat produk- produk kreativitas yang inovatif.
produk nya yaitu membuat berbagai macam jenis kue yang sangat kreatif.
Press
`Banyak dorongan-dorongan yang dia dapat. Tapi dia pernah bercerita pada saya bahwasanya dorongan yang paling mendasar atau internal ialah dorongan ingin maju dan sukses untuk membantu dan memenuhi ekonomi keluarga kami.
Proses
Proses dalam pembuatan kue yang sangat unik yang di buat oleh ibu saya ini tergantung pada permintaan konsumen.
Hal ini akan datang sendiri pada waktu-waktu tertentu. misal nya pada saat menjelang hari raya idul fitri.

produk
          
           Hasil dari kekreativan dan keserdasannya, banyak uang  yang dia peroleh dari sana.
produk kue yang telah berhasil di buat oleh ibu saya ini sangat banyak di sukai banyak orang di lingkungan sekitar tempat saya tingggal.

RESUME BAB I : DASAR PERTIMBANGAN, KEBIJAKAN, DAN KONSEP KEBERBAKATAN DAN KREATIVITAS



A.      Dasar Pertimbangan untuk Pengembangan Kreativitas
1.       Hakikat Pendidikan
Pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi perkembangan dan perwujudan diri individu dimana tujuan pendidikan pada umumnya ialah menyediakan lingkungan yang memungkinkan anak didik untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya secara optimal. Pendidikan juga bertanggung jawab untuk mengidentifikasi bakat berbeda yang dimiliki bagi anak-anak yang disebut “anak berbakat”. Namun sekarang telah disadari bahwa yang menentukan keberbakatan bukan hanya intelegensi melainkan juga kreativitas dan motivasi.
2.       Kebutuhan akan Kreativitas
Penekanan yang nyata dalam pendidikan sekarang ini adalah lebih pada hafalan dan mencari satu jawaban yang benar terhadap soal-soal yang diberikan. Guilford menekankan betapa penelitian dalam bidang kreativitas sangat kurang dan sangat perlu untuk dikembangkan bagi kepentingan dunia ilmu pengetahuan.
3.       Kendala dalam Pengembangan Kreativitas
Salah satu kendala konseptual utama terhadap studi kreativitas adalah pengertian tentang kreativitas sebagai sifat yang diwarisi oleh orang yang berbakat luar biasa atau genius. Kemudian juga ‘gerakan kreativitas’ itu sendiri masih terletak pada alat-alat ukur yang dipakai di sekolah-sekolah. Selain itu,kendala juga terletak pada kesulitan merumuskan konsep kreativitas itu sendiri.
4.       Hubungan Kreativitas- Inteligensi
Guilford menyatakan bahwa pengembangan kreativitas sangat bermakna bagi pengembangan potensi anak secara utuh dan bagi kemajuan ilmu pengetahuan. Penelitian Utami Munandar membuktikan bahwa tes kreativitas sebagai dimensi fungsi kognitif tetapi kreativitas juga menunjukkan hubungan yang bermakna dengan inteligensi.
5.       Peran Inteligensi dan Kreativitas Terhadap Prestasi Sekolah
Torrance, Getzels dan Jackson, dan Yamamoto menyatakan bahwa kelompok siswa yang kreativitasnya tinggi tidak berbeda dengan prestasi sekolah dari kelompok siswa yang inteligensinya relatif lebih tinggi.
6.       Sikap Kreatif sebagai Non-Apitude Trait dari Kreativitas
Sejauh mana seseorang mampu menghasilkan prestasi kreatif ikut ditentukan oleh ciri-ciri non-aptitude (afektif). Pengembangan kreativitas tidak hanya memperhatikan pengembangan kemampuan berpikir kreatif tetapi juga pemupukan sikap dan ciri-ciri kepribadian kreatif.
7.       Sikap Guru dan Orang Tua Mengenai Kreativitas
Pendidik (guru dan orang tua) masih kurang dapat memahami arti kreativitas (yang meliputi aptitude dan non-aptitude traits) dan bagaimana mengembangkannya pada anak dalam tiga lingkungan pendidikan yaitu di rumah, di sekolah, dan di dalam masyarakat.
B.      Dasar Pertimbangan untuk Pendidikan Anak Berbakat
1.       Keterbakatan tumbuh dari proses interaktif antara lingkungan yang merangsang dan kemampuan pembawaan dan prosesnya.
2.       Pendidikan hendaknya memberikan kesempatan yang sama kepada semua anak dalam mengembangkan potensinya.
3.       Jika anak berbakat dihambat dalam perkembangannya, makan akan menjadi “underachiever”.
4.       Pengadaan program yang memadai bagi anak berbakat mampu menghasilkan hubungan sosial dan sikap yang lebih baik terhadap diri sendiri dan orang lain.
5.       Kebanyakan anak dan remaja berbakat menjadi membentuk konsep diri yang negatif terhadap dirinya.
6.       Jika pendidikan ini dapat dikembangkan, mereka akan mampu menunjukkan peningkatan yang nyata dalam prestasi.
7.       Mereka yang berbakat akan memberikan sumbangan yang bermakna kepada masyarakat dalam semua bidang usaha manusia.
8.       Dari sejarah tokoh, memang ada diantara mereka yang tidak menonjol dalam prestasi, namun berhasil dalam hidup.
C.      Kebijakan
1.       Kebijakan tentang Pelayanan Pendidikan Anak Berbakat
Pendidikan anak berbakat atau juga disebut sebagai anak dengan kemampuan dan kecerdasan luar biasa dinyatakan dalam : UU RI Nomor 2 tahun 1989, Pasal 24, dan GBHN 1993.
2.       Kebijakan tentang Pengembangan Kreativitas
GBHN 1993 menekankan bahwa pendidikan nasional juga bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang cerdas, kreatif, dan terampil.
3.       Peranan Kreativitas dalam Program Pendidikan Anak Berbakat
Meningkatkan kreativitas merupakan bagian integral dari kebanyakan program untuk anak berbakat. Kreativitas hendaknya meresap dalam seluruh kurikulum dan iklim kelas.
D.      Konsep Kreativitas
1.       Kreativitas dan Aktualisasi diri
Salah satu konsep yang amat penting dalam bidang kreativitas adalah hubungan antara kreativitas dan aktualisasi diri. Kreativitas aktualisasi diri adalah kekreatifan yang umum “content free”.
2.       Konsep Kreativitas dengan Pendekatan Empat P
a.       Definisi pribadi : meliputi pengertian kreativitas ditinjau dari segi pribadi.
b.      Definisi proses : terkenal yaitu definisi Torrance tentang kreativitas yang pada dasarnya menyerupai langkah-langkah dalam metode ilmiah.
c.       Definisi produk : menekankan orisinalitas.
d.      Definisi press : menekankan pada dorongan internal maupun eksternal.
E.       Konsep Anak Berbakat dan Keberbakatan (Giftedness)
1.       Definisi USOE tentang Keberbakatan
Anak berbakat adalah mereka yang memiliki kemampuan baik secara potensial maupun yang telah nyata meliputi :
-          Kemampuan intelektual umum
-          Kemampuan akademik khusus
-          Kemampuan berpikir kreatif-produktif
-          Kemampuan memimpin
-          Kemampuan dalam salah satu bidang seni
-          Kemampuan psikomotor
2.       Konsepsi Renzulli tentang Keterbakatan
Menurut Three-Ring Conception dari Renzulli keterbakatan merupakan keterpautan antara kemampuan umum di atas rata-rata, kreativitas di atas rata-rata, dan pengikatan diri terhadap tugas atau motivasi internal.
TUGAS MATA KULIAH KREATIVITAS


  1. Benda apakah itu ?  Tempat pulpen
  2. Kenapa membuat benda ini ? Karena saya belum mempunyai tempat pulpen, sering sekali pulpen saya berantakan tisak pada tempat nya.
  3. makna?  membuat suasana kamar saya semakin rapi dan berwarna.
  4. apa implikasi 4P terhadap prakarya ini?
Pribadi : Sebagai pribadi, saya suka membuat sesuatu, terutama benda yang memiliki guna, baik nilai                            estetika maupun nilai pakai.
Press    : Dorongan pembuatan prakarya ini adalah tuntutan dari matakuliah yang menyebabkan munculnya                  dorongan pribadi untuk mebuat sesuatu yang cantik dan berguna.
Produk : Benda ini memang bukan sesuatu yang baru lagi bagi masyarakat, namun benda ini mampu untuk                   memenuhi kebutuhan saya pribadi.
Proses  : pembuatan tempat pulpen ini dapat diimplikasikan pada teori Wallas, yang mana pada                        proses pembuatannya terjadi persiapan, inkubasi, iluminasi dan verifikasi.
               Persiapannya : Berpikir mengenai apa yang akan dibuat dari bahan-bahan yang diberikan oleh                                             dosen pengampu
               Inkubasi  : Membiarkan semua alat dan bahan dan melihat-lihat sekeliling.
               Iluminasi  : Menemukan ide untuk membuat tempat pulpen                                                                            Verifikasi : Melihat alat dan bahan yang ada mencoba-coba apakah alat dan bahan tersebut bisa                                     dibuat tempat pulpen warna/i seperti yang terpikirkan.