Kamis, 28 November 2013

Kreativitas kelompok dikaji dalam teori Kreativitas



Teori 4P pada pengembangan kreatifitas :
      1.      Teori person.
Berdasarkan teori Humanistik Maslow, manusia mempunyai naluri-naluri dasar yang menjadi nyata sebagai kebutuhan. Kebutuhannya adalah kebutuhan “being”, sebenarnya Saya tidak suka berkelompok saya lebih suka menyendiri Tapi semuanya harus saya kerjakan secara bersamaan dalam menyelesaikan tugas kreatif kelompok mata kuliah Kreativitas. Dengan tipe kepribadian yang menyukai sesuatu yang terorganisasi saya cukup berjuang berat ketika menyelesaikan tersebut.
      2.      Press.
Saat di beri tugas kreativitas kelompok, kami sekelompok cukup kebingungan mau menampilkan apa. Ditambah lagi dengan adanya perbedaan pendapat antara anggota kelompok, membuat kami membutuhkan waktu yang lebih ekstra menyelesaikan tugas tersebut. Namun dalam diri setiap orang ada yang namanya kecenderungan untuk mengembangkan dirinya, dorongan untuk berkembang dan menjadi matang. Dorongan ini merupakan motivasi primer untuk kreativitas ketika individu membentuk hubungan baru dengan lingkungannya (kelompok) dalam upaya menjadi dirinya sepenuhnya (Rogers, dalam Vernon, 1982). Hal tersebutlah yang membuat saya menjadi bangkit mengerjakan tugas tersebut.
 
      3.      Process.
Teori Wallas, menyatakan ada 4 tahap ketika proses pengerjaan kreativitas, yang juga saya alami yaitu.; (1) Tahap persiapan, dimana saya secara individu dan kelompok ketika diberi tugas pengerjaan tugas saya berpikir “apa yang akan kami buat dan tampilkan?” (2) tahap inkubasi, dimana kami sempat vakum dan berhenti sejenak dari tugas tersebut, (3) tahap iluminasi, dimana ketika saat itu kami mendapat ide untuk membuat drama musiakal, dan saya pun mendapat ide untuk kembali menulis dan membuat naskah drama oleh saya sendiri, (4) tahap verifikasi, Dimana ide saya tersebut harus diuji terhadap realitas, yang memerlukan pemikiran kritis didalam tahap tersebut.
walaupun demikian saya dan kelompok tetap berusaha keras menyelesaikannya.
      4.      Product.
dan pada akhir nya kelompok kami memutuskan membuat drama kecil-kecilan. Dan kelompok pun menyetujui adanya pembuatan naskah drama sendiri. akhirnya jadilah hasil karya tulisan saya berupa naskah drama. Dan kemudian kami membagi peran dan mencoba memerankannya.
 

Rabu, 13 November 2013

Performa kreativitas pribadi :

Nah, selanjutnya saya akan mengaitkan performa ini dengan teori yang telah saya pelajari di kelas kreativitas, yaitu teori 4P. Berikut adalah penjabarannya..

1.    Person
            Berdasarkan aspek ini, kreativitas merupakan ungkapan dari keunikan individu dalam interaksi dengan lingkungannya. Ungkapan kreatif inilah yang mencerminkan originalitas dari masing-masing individu. Saya akan menjelaskan hal ini dan dikaitkan dengan teori 4P, di mana saya akan menjelaskan “apa, bagaimana, siapa, dll yang dianggap sebagai pribadi kreatif.” Orang yang saya bicarakan pada bagian person ini adalah diri saya sendiri.  Hal itulah yang saya rasakan ketika saya membuat asbak rokok ini. Walaupun saya tau asbak rokok yang saya buat tidaklah seberapa, namun saya lebih mementingkan rasa puas dan kelegaan yang saya rasakan ketika melihat hasil kretivitas saya sendiri.
2.    Press
            Jika dikaitkan dengan aspek ini -di mana pada aspek ini menyatakan bahwa seseorang akan menghasilkan suatu produk kreativitas karena adanya dorongan yang berasal dari diri (motivasi intrinsik) dan dorongan yang berasal dari luar, seperti lingkungan, keluarga, sekolah, dll- saya merasa bahwa dorongan (press) yang lebih berpengaruh terhadap perkembangan kreativitas adalah dorongan yang berasal dari dalam diri saya.
3.    Process
            Aspek ketiga ini menyatakan bahwa anak dapat mengembangkan kreativitas jika diberikan kebebasan untuk mengekspresikan dirinya secara kreatif dan diberikan waktu untuk bersibuk diri secara kreatif. Dalam aspek ini, berdasarkan pengalaman saya, saya merasa baik keluarga maupun sekolah, sama-sama memberikan waktu luang untuk saya agar saya dapat membuat apa yang saya mau asalkan itu berbentuk mendidik.
4.    Product
            Dan aspek yang terakhir ini adalah aspek yang menyatakan bahwa kondisi anak yang memungkinkan untuk menghasilkan produk yang kreatif adalah kondisi dimana adanya dukungan yang berasal dari luar dan juga diperlukan adanya motivasi yang berasal dari individu tersebut.

Rabu, 23 Oktober 2013

peforma kelompok 8

Naskah drama musical. Kelompok 8.
Anggota:
1.      M. Ikhwan Nasution (12-021)
2.      Melfa Y Simanjuntak (12-046)
3.      Melva  F Napitupulu (12-064)
4.      Dian Arizka P.P (12-098)
5.      Novalia Tarigan (12-110)
Dream, believe, and make it happened
Pemeran :
  1. Pemuda
  2. Gadis
  3. Ayah
  4. Ibu
  5. Adik perempuan ibu (tante)
Pengantar:
Di latar ada sebuah bangku memanjang dan terdapat satu orang yang duduk terpaku dengan secarik kertas dan pulpen yang dipegangnya. Ia terlihat sangat ambisius dengan kertas yang dipegangnya. Sedangkan banyak orang yang berlalu lalang di hadapannya. Ada sang penjual, pengemis, anak kecil menangis, anak-anak bermain. Ada seorang anak muda yang duduk ambisius dengan secarik kertas. Anak muda itu sedang merancang masa depan, dengan membuat cita-cita yang ia tuliskan di selembar kertas itu.
Seorang gadis berpenampilan anggun melewati depan pemuda itu, semua mata tertuju padanya (ada istri yang memarahi suaminya yang menatap gadis lewat tersebut) kecuali dengan pemuda yang dari tadi ambisius dengan kertasnya. Gadis itu heran dengan pemuda, kenapa semua pria melihat dirinya tetapi hanya pemuda itu yang tak tertarik. Sang gadis mendekati pemuda tersebut, dengan mengibaskan rok panjangnya ketika berjalan, dll bertujuan untuk mencari perhatian. Belum berhasil, akhirnya gadis itu berhenti dan berada di sampingnya dengan mengeluarkan suara batuk pelan, tidak berhasil suara batuk medium, tidak berhasil, dan akhirnya suara batuk keras, berhasil. Pemuda itu melihat gadis yang berada di samping dengan heran, gadis itu salah tingkah dan tebar pesona.
W  : “Apa yang sedang kamu perbuat wahai pemuda yang belum ku ketahui namanya.” (tersipu malu)
P   : “Bukankah kamu putri seorang pemimpin di desa ini?”
W  : “Iya, kamu kok tau?”
 : “Siapa yang tidak mengenal dirimu? Kau seorang gadis baik dan pintar dari anak seorang pemimpin di desa ini, Banyak orang yang menyukaimu, teman-temanku juga. Kau bahkan berpendidikan tinggi dibanding kami. Pantaslah jika semua orang mengagumimu?”
Gadis itu tak bisa berkata apa-apa ia terharu bahagia dan sangat senang dipuji oleh pemuda itu.
W  : “Jadi, apakah kamu juga mengagumiku?”
P   : “Jelas.” (Gadis itu tersipu malu). “Jelas tidak. Aku sudah memiliki seorang kekasih idaman hati.”
Dari muka yang tersipu malu, gadis itu kaget setengah mati. Seakan-akan cintanya ditolak mentah-mentah.
P   : (pemuda heran dengan perilaku gadis tersebut) “Kamu kenapa?”
W : “Oh. Gak pa-pa. Oh ya, saya perhatikan daritadi kamu duduk disini terus? Apa yang kamu perbuat?
P   : “Oh ini.” (ia menunjukan lembaran kertas) “Aku sedang merancang masa depan, aku ukir di lembaran ini dan akan kupajang di tempat yang selalu aku melihatnya. Aku yakin, akan menimbulkan suatu semangat di setiap usahaku untuk meraih itu semua.
Gadis itu melihat lembaran kertas dengan mengambilnya tiba-tiba dari tangan pemuda itu, pemuda itu sedikit tidak ikhlas saat diambil kertasnya.
W  : “Target semester ini, mengumpulkan uang sebanyak mungkin. Target untuk menyelesaikan semester akhir di SMA yang sempat berhenti dan lulus SMA. Target selanjutnya masuk Universitas Negeri. (kertas diambil dari tangan gadis oleh pemuda) Kamu bermimpi?”
P    : “Iya, ada yang salah?”
W   : “Saranku, berpikirlah realitas dan lakukanlah yang terbaik hari ini. Cukup.”
P   : (diiringi piano, lagi Nidji-Laskar Pelangi) “Mimpi adalah kunci, untuk kita menaklukan dunia. Berlarilah, tanpa lelah sampai engkau meraihnya.”
(Lagu Laskar pelangi diiringi musik dan penari yang membuat suasana panggung hidup. Saat lagu berlanjut dilanjutkan dengan membuat setting berikutnya. Setting sebuah ruangan pemimpin desa atau ayahnya W. Terdapat pot bunga, meja kantor, kursi pejabat, ruang tamu dengan meja bagus serta kursi sofa.)
Musik berganti dengan intro lagu Bento-Iwan Fals. Di latar ada sang Ayah dengan baju rapi dan ibunya yang terlihat cantik dan adik perempuan ibunya yang sedang bersantai bercengkerama di ruang tamu.
 Ayah  : “Namaku Bento (ganti nama asli) rumah real estate. Mobilku banyak, harta melimpah. Orang memanggilku, bos eksekutif. Tokoh papan atas, atas segalanya. Asik!
Si anak perempuan tadi masuk ruangan tamu dengan merenung. Ayahnya bingung dan menghampiri gadis itu yang terduduk lesu di ruang tamu.
Ibu      : “iya sayang, kamu kenapa? Kog muka anak mama cemberut sih?”
Ayah    : “Kamu kenapa anakku? Kalau murung keliatan kayak ayam peokon, loh.”
Tante  : “Sstt! Coba kamu ceritakan sama Tante. Apa karena uang jajan kamu kurang di kasih mama papa mu ni?”
Ibu : “ yang benar aja, kan kemarin mama uda transfer uangnya 10 juta” (nyeletuk)
Ayah : “aduhh, apaan sih kalian berdua. Anak lagi sedih kog malah bahas uang jajan sih..”
Ayah melirik tajam ke Ibu dan tante tanpa bersuara, si Ibu dan tante mangut dan mengerjakan pekerjaan rumah kembali.
Gadis : “Ayah, aku sedang jatuh cinta Ayah. Tetapi sayangnya pria itu cuek padaku. Ayah pernah merasakan jatuh cinta?” (tanya dengan lugu)
Ibu : “ya iyalah pernah. Setiap waktu, pasti jatuh cinta ama mamamu ini. Ups.” (Langsung diam, dan dengan tampang tak berdosa kembali ke aktifitasnya)
Ayah   : ”mendingan kamu ambilin minum deh buat aku. Ngomong asal aja”
Ayahnya langsung melihat tajam ke arah ibunya itu, setelahnya mau bicara dengan si anak gadisnya itu tetapi disela oleh gadis itu.
Gadis : “Oh iya-ya.”
Tante  : “Kamu sedang jatuh cinta dengan putra dari keluarga terpandang yang mana, anakku? Tante pasti mendukungmu”.
Gadis : “Bukan, bukan tante.  Aku sedang jatuh cinta dengan pemuda desa. Ia pemuda yang baik hati, teguh, kuat, dan mempunyai mimpi yang hebat.”
Ayah diam tanpa ekspresi, kemudian Ibu datang membawakan cangkir berisi air untuk Ayah dan gadis tersebut. Kemudian pergi. Si Ayah yang tanpa ekspresi, minum air tersebut.
Ayah  : “APAAA?!!!!!!” (memuncratkan air di dalam mulutnya, seketika gadis kabur dari kursinya dan si ibu kaget langsung menghentikan aktifitasnya)
Gadis : (sambil berdiri, shock lihat ayahnya kaget) “Kenapa papa?”
Ayah   : “Kamu bisa jatuh cinta dengan pemuda desa yang tidak berpendidikan? Apa kata dunia?”
Gadis : “Iya Ayah, aku sudah mantap, jika harus menikahinya walau umur kita masih remaja.”
Ibu yang berada dekat dengan gadis maju mendekatinya.
Tante : “sayang kamu ngomong apa sih. Coba kamu pikir baik-baik deh” (mencoba menenangkan keponakannya)
Ibu  : “Anakku, kita dari keluarga yang terpandang. Bisakah kamu mencari jodoh dari keluarga yang terpandang juga? Yang selevel gitu?”
Gadis : “aku diam-diam suka dia. Ku coba mendekat, ku coba mendekati hatinya” (pakai nada yang merdu)
Ayah yang sedari tadi diam, akhirnya angkat berbicara.
Ayah    : “Baiklah, jika itu maumu. Coba kamu bawakan pemuda itu ke hadapan papa.”
(suara petir dan musik tegangpun berbunyi. Gadis tersebut pergi mencari pemuda, panggung remang  terlihat hanya aktifitas si ayah yang tidak tenang menunggu kehadiran putrinya dan pemuda yang akan dibawanya. Di dalam panggung hanya ada Ayah yang galau dikursinya, dan ibu yang sedang membaca majalah.)
Si gadis datang membawa pemuda, lampu kembali terang. Si Ayah beranjak berdiri dari kursi lalu menghampiri gadis dan pemuda.
Gadis : “Ma, Pa, inilah pemuda yang kumaksud.”
Ibu   : “Sepatu robek, celana kumuh, baju serampangan, rambut sedikit botak, ini levelmu wahai anakku? Oh Em Ji.
Gadis : “mama, jangan melihat dari penampilan luarnya. Lihatlah dari dalamnya!” (merengek)
Tante   : “IH WAW!!! Kog ada gembel di rumah kita?” (memasuki teras)
Gadis  : “tante, tolong dong jangan bicara gitu” (hamper putus asa)
Ayah     : “Apa kamu bilang? Kamu suruh papa menilai dalamnya?” (kaget dan mengernyitkan muka)
Gadis : “Iya Papa. Tolong beri ia harapan.”
Si Pemuda masih terdiam bingung melihat apa yang ada di hadapannya.
Ayah     : “Baiklah, kalian duduk dulu.”
Si gadis mengajak pemuda duduk di ruang tamu. Sedangkan Ayah bingung mondar-mandir di depan kursi.
Ayah     : “Kalian bawakan minum buat tamu ini.” (menyuruh sang ibu dan tante)
Ayah beranjak duduk di bangku ruang tamu.
Ayah     : “Jadi wahai pemuda, apa motivasimu menyukai anakku?” (tanya serius oleh Ayah)
P     : “Heh? (salah tingkah, menjaga sikap) Maaf, Pak. Sepertinya Bapak salah paham, coba tolong kamu jelaskan kepada bapakmu.” (meminta si gadis)
W    : “Iya Papa, kami saling menyukai tolong restui kami.” (pegang tangan si pemuda)
P     : “Wus ngawur kamu. Bukannya kamu ngajak saya, karena kamu menawarkan pendidikan kuliah saya? Kok jadi gini?”
W   : “Jika kamu menerima aku, kamu akan sekolah gratis hingga kamu jadi orang. Papa sanggup biayai kamu.”
Ayah kaget, mau bicara tapi disela sama pembicaraan selanjutnya.
P    : (berdiri) “Hei, ingat yah. Saya tidak akan menggapai mimpi dengan menghalalkan berbagai cara. Ngapain saya harus berbuat yang tak wajar untuk menggapai tujuan saya.”
W   : (berdiri) ”Yang kamu butuhkan sekarang hanya uang untuk biaya kuliah kan? Aku bakal bantuin kamu”
P    : “Ungkapanmu itu sama saja, menghalalkan mencuri untuk kekayaanmu. Atau sama saja, membodohi semua orang untuk mendapatkan keuntungan! Huh.
Ayah  : (tersentuh dengan pernyataan pria tersebut dan akhirnya dia sadar kalau pria tersebut memang baik) “Cukup, kenapa kalian jadi bertengkar!”
W & P   : “Berisik!”
Ayah kaget dengan berekspresi ketakutan tetapi terlihat lucu. Ibu dan tante masuk ke dalam panggung memecah kesunyian dengan membawakan rantang berisi teko air, dan gelas. Mereka bingung dengan kejadian tersebut.
Ayah  : “Ok, tolong kalian tenang” (menjaga wibawanya)
Akhirnya semuanya duduk dan berbicara dengan tenang.
Ayah  :”jadi kamu butuh biaya untuk kuliah? Kalau Cuma masalah itu, baik saya akan memberikan kamu pekerjaan”
Semua yang ada disana kebingungan.
Ibu dan tante  : “apa-apaan sih kog jadi berubah gitu?” (bersamaan)
W  :” makasi pa”
Ayah : “dan kamu (menunjuk anaknya) kamu jangan lagi mengejar-ngejar dia. Biarkan dia kuliah dulu dan terserah dia akhirnya mau apa tidak dengan kamu”
W  : “papa kog gitu sih”
Ayah  : “daripada dia gak jadi papa kasih pekerjaan”
P     : “terima kasih pak, saya akan berusaha belajar keras”
Satu persatu lampu gelap, diiringi musik syahdu setelah dialog akhir pemuda. Panggung di setting polos dengan ditutupi selimut hitam. Lilin yang mengitari panggung dinyalakan dan hanya lampu kuning yang menyala.
Slide Show di proyektor.
Setelah bertemunya dengan ayah gadis itu, sang pemuda perlahan-lahan meraih impiannnya yang ia ukir di selembar kertas.
Yaitu…
Bekerja untuk biaya kuliahnya
Ia akhirnya bekerja sebagai penjaga toko baju di pasar, serta diluar itu ia menawarkan jasa angkutan barang di pasar. Penghasilannyapun terbilang cukup, ia tabung untuk biaya kuliah selama satu semester kedepan. Dan akhirnya semester selanjutnya ia berhasil masuk kuliah dan mendapat beasiswa hingga menyelesaikan pendidikannya dan menjadi sarjana. Dapat diambil satu hikmah, mimpi itu butuh perjuangan.
Bahkan dia lulusan yang terbilang memiliki penghasilan yang lebih dari cukup. Itu menjadi semangat juang bagi sang pemuda untuk melanjutkan pendidikannya, dengan biaya gratis.hingga setelah lulus dia langsung direkrut oleh perusahaan ternama dan mendapat gaji tinggi.
Lihatlah takdir yang berjalan, semua akan indah pada waktunya. Jika kalian punya tujuan yang baik dan usaha untuk mencapainya.
(Setting baru dengan panggung kosong dan slide pemandangan pedesaan. Di tengah panggung sudah berdiri sang pemuda dengan pakaian rapi.. Suasana desa kembali tergambarkan)
P             : “Aku pernah bermimpi, menjadi bintang yang paling bersinar, ku tak menyangka ini tejadi
                  Kegagalan yang pernah ku alami, menjadikanku semakin kuat, aku bersyukur jadi seperti ini
                  Kebahagiaan ini janganlah cepat berlalu, karna tak mudah untuk menggapainya, ku berjanji akan menjaga semua
                  Terimakasih Tuhan, atas sgala anugrah yang Kau beri kepadaku. Semoga ‘kan tetap abadi”
Monolog oleh sang pemuda, diiringi musik Tanah air dengan tempo yang diperlambat.
P             : “Hidup tanpa impian serta tujuan, bagai mayat yang berjalan tanpa ada maksud. Dengan mimpi, dapat mengubah kemiskinan menjadi kekayaan. Berawal dari mimpi, mengubahku dari pemuda desa, menjadi seorang gagah dan berhasil. Dari sebuah mimpi, dapat mengubah kesulitan menjadi kemudahan.
Dan si gadis yang tadinya mengejar-ngejar pemuda tersebut pun putus asa dan akhirnya dia pun memutuskan untuk mengikuti jejak pemuda tersebut yaitu menyelesaikan kuliahnya dan menjadi wanita karier. Semuanya akhirnya hidup bahagia.
Mahatma Gandhi said
Your Beliefs Become Your Thoughts
                   Your Thoughts Become Your Words
                   Your Words Become Your Actions
                   Your Actions Become Your Values
                   Your Values Become Your Destiny  (tampilkan di slide)
                   Keyakinanmu akan menjadi pikiranmu..
                   Pikiranmu akan menjadi  perkataanmu…
                   Perkataanmu akan menjadi tindakanmu…
                   Tindakanmu akan menjadi nilai dirimu…
                   Nilaimu akan menjadi takdirmu…
Ya, dari sebuah kepercayaan akan menggapai kita ke dalam sebuah tujuan melalui rangkaian perjalanan hidup.”

Selasa, 15 Oktober 2013

Analisis Diri terhadap Peranan keluarga , Sekolah, dan Masyarakat

Pendahuluan

Perilaku dan kepribadian manusia sering kali dipengaruhi oleh adanya pengaruh dari internal maupun eksternal. Pengaruh internal itu dapat berupa motivasi diri, self-esteem, maupun self-efficacy, sedangkan pengaruh eksternal itu dapat berupa pengaruh lingkungan. Lingkungan dapat menjadi peranan penting bagi perkembangan manusia. Lingkungan itu dapat berupa keluarga, teman sebaya, guru, dan lain-lain. Pada kesempatan kali ini saya akan mencoba menganalisis diri berdasarkan peranan-peranan yang ada, seperti keluarga, lingkungan, masyarakat dan sekolah.
      Rumusan Masalah:
1.  
Peranan apa yang penting dalam perkembangan diri saya?
2.   Aspek seperti apa yang menimbulkan perkembangan diri saya berdasarkan peranan sekolah, keluarga, dan masyarakat?

1.Peranan Keluarga

Dalam membantu anak mewujudkan kreativitas mereka, anak perlu dilatih dalam keterampilan mereka, anak perlu dilatih dalam keterampilan tertentu sesuai dengan minat pribadinya dan diberi kesempatan untuk mengembangkan bakat atau talenta mereka. Pendidik terutama orang tua perlu menciptakan iklim yang merangsang pemikiran dan keterampilan kreatif anak, serta menyediakan sarana prasarana.

Dampak Sikap Orang tua terhadap Kreativitas Anak :

     Ada beberapa faktor penentu bagaimana sikap orang tua secara langsung mempengaruhi  kreativitas anak menurut Amabile;
j      a. Kebebasan
          Orang tua yang percaya untuk memberikan kebebasan kepada anak cenderung mempunyai
          anak kreatif. Mereka tidak otoriter, tidak selalu mau mengawasi anak, dan mereka tidak terlalu membatasi kegiatan anak. Mereka juga tidak terlalu cemas mengenai anak mereka.
       b. Respek
           Anak yang kreatif biasanya mempunyai orang tua yang menghormati mereka sebagai individu, percaya akan kemampuan mereka, dan menghargai keunikan anak.
       c. Kedekatan Emosional yang Sedang
           Kedekatan emosional yang terlalu dekat dan yang bermusuhan sama-sama memiliki dampak yang buruk bagi kreativitas anak.
       d. Prestasi, Bukan Angka
           Orang tua mendorong anak untuk berusaha sebaik-baiknya dan menghasilkan karya-karya yang baik. Tapi mereka tidak terlalu menekankan nilai tinggi, melainkan mempunyai imajinasi dan kejujurn.
       e. Orang Tua Aktif dan Mandiri
            Bagaimana sikap orang tua terhadap diri sendiri amat penting, karena orang tua menjadi model utama bagi anak.
        f. Menghargai Kreativitas
           Anak akan cenderung melalukan hal-hal yang kreatif jika diberikan dukungan dan dihargai atas apa yang dilakukan oleh anak.   Menurut saya, disini peranan kedua orang tua saya ialah orang tua yang otoritatif dimana saya bisa mengeluarkan pendapat dengan bebas namun terarah karena dibatasi dengan peraturan-peraturan yang sudah ditentukan sebelumnya. Orang tua saya dapat menghargai pendapat yang saya berikan. Memberikan saya kesempatan untuk mengungkapkan pendapat jika membahas suatu masalah. Jika saya ingin mengambil keputusan dalam masalah pribadi, orang tua saya dapat memberikan waktu kepada saya untuk berfikir mana yang terbaik untuk diri saya namun akan selalu diarahkan oleh kedua orang tua. Jika saya sudah yakin dan merasa bisa tanggung jawab akan keputusan yang akan saya ambil, orang tua memberikan kebebasan kepada saya untuk mengambil keputusan sendiri. Orang tua juga selalu mendorong saya untuk mempertanyakan hal-hal yang tidak saya ketahui agar dapat menambah wawasan terhadap diri saya sendiri. Mereka juga meyakinkan saya bahwa apapun yang saya lakukan dan apapun yang saya hasilkan adalah bentuk usaha yang patut mereka hargai. Orang tua saya selalu mendukung kegiatan yang dari dulu saya jalani. Dari saya mengikuti kegiatan bela diri, bermain alat musik, dan lainnya. Orang tua saya juga memberikan pujian jika saya pantas untuk dipuji, jika saya berbuat kesalahan maka saya akan dimarahi oleh mereka. Orang tua juga mendorong kemandirian kepada saya untuk belajar dan bekerja. Harus memiliki rasa tanggung jawab untuk melalukan pekerjaan apapun. 
      Kondisi keluarga otoritatif yang dapat saya uraikan di atas, menurut saya memungkinkan anak untuk membantu mengembangkan kreativitasnya. Karena sikap kedua orang tua saya dapat mempengaruhi perkembangan saya. Karna saya diberikan kebebasan namun tetap dikontrol oleh orang tua saya, maka saya memiliki kebebasan untuk menjadi anak kreatif bukan hanya di dalam lingkungan rumah saja, melainkan di luar lingkungan keluarga saya juga.
Peranan Sekolah
   Semua anak di sekolah memerlukan guru yang baik, tidak hanya anak berbakat. Guru menentukan tujuan dan sasaran belajar, membantu dalam pembentukan nilai pada anak (nilai hidup, nilai moral, nilai sosial), memilih pengalaman belajar, menentukan metode atau strategi mengajar, dan yang penting, menjadi model perilaku bagi siswa.
      Menurut Davis (1987) menyebutkan ciri-ciri sebagai berikut :

·       
  •       Sikap demokratis
  •       Ramah dan memberi perhatian perorangan
  •       Sabar
  •       Minat luas
  •       Penampilan yang menyenangkan  
  •       Adil
  •       Tidak memihak
  •       Rasa humor
  •       Memberi perhatian pada masalah anak
  •       Kemahiran luar biasa dalam mengajar subjek tertentu
        
    Menurut Maker (1982), karakteristik guru anak berbakat dapat digolongkan menjadi :
·       Karakteristik filosofis :  guru anak berbakat perlu mencerminkan sikap kooperatif dan demokratis , serta mempunyai kompetensi dan minat terhadap pembelajaran
·       Karakteristik professional : strategi untuk mengoptimalkan belajar siswa,  keterampilan bimbingan dan penyuluhan serta pemahaman psikologi siswa
·       Karakteristik pribadi : meliputi empati, kesejatian, aktualisasi diri, dan antusiasme atau semangat.  Strategi Mengajar
    
Dalam kegiatan mengajar sehari-hari dapat digunakan sejumlah strategi khusus yang dapat meningkatkan kreativitas.
          1. Penilaian
              Penilaian guru terhadap pekerjaan murid menurut Amabile (1989) mungkin merupakan pembunuh kreativitas paling besar.
              Pertama, memberikan umpan balik yang berarti daripada evaluasi yang abstrak dan tidak  jelas.
        Kedua, melibatkan siswa dalam menilai pekerjaan mereka sendiri dan belajar dari kesalahan mereka.
              Ketiga, penekanannya hendaknya terhadap "Apa yang telah kau pelajari?" Dan bukan pada "Bagaimana kau melakukannya?"
      Dalam kelas yang kreativitas, guru menilai pengetahuan dan kemajuan siswa melalui interaksi yang terus-menerus dengan siswa. Pekerjaan siswa dikembalikan dengan banyak catatan dari guru, terutama menampilkan segi-segi yang baik dan yang kurang baik dari pekerjaan siswa. Sistem ini membuat evaluasi lebih bersifat memberi informasi daripada mengawasi. Siswa melihat komentar guru tidak sebagai hadiah atau hukuman untuk mengawasinya, tetapi sebagai informasi yang berguna bagi belajar dan kinerja siswa.

      2. Hadiah
      Anak senang menerim hadiah dan kadang-kadang melakukan segala sesuatu untuk memperolehnya. Hadiah yang terbaik untuk pekerjaan yang baik adalah yang tidak berupa materi (intangible), seperti: senyuman atau anggukan, kata penghargaan, kesempatan untuk menampilkan dan mempersentasikan pekerjaan sendiri, dan pekerjaan tambahan. Jika iklim dikelas sedemikian  sehingga belajar menarik dan menyenangkan, makan pekerjaan tambahan dapat merupakan hadiah.
      3. Pilihan
      Berilah kesempatan anak untuk memilih. Kreativitas tidak akan berkembang jika anak hanya melakukan sesuatu dengan satu cara. Berilah kegiatan yang tidak berstruktur dalam struktur tertentu.   Menurut saya pribadi, di sini peranan sekolah dalam pembentukan kreatif dalam diri saya sangat berpengaruh oleh guru dan kegiatan dari sekolah saya. Saya mendukung tipe guru yang otoritatif yaitu memberikan kebebasan kepada murid namun tetap diarahkan dan dikontrol dengan baik, namun saya mendukung juga tipe guru yang otoriter yaitu sifat guru yang mengatur dan memberikan sedikit kebebasan. Karena di sekolahan saya dulu, terdapat murid-murid yang susah diatur sesuai dengan peraturan yang berlaku dan membuat kebebasan sesuka hati mereka. Seperti, kekantin pada saat jam pelajaran berlangsung, tidak memakai pakaian sekolah dengan lengkap dan lain sebagainya. Tetapi tipe guru yang otoritatif yang berperan dalam pembentukan kreativitas saya di sekolah.   Peran Masyarakat
      Simonton membuat perbedaan kritis antara dua tahap dalam kehidupan pencipta, yaitu : 1) kejadian sosiokultural yang dapat mempunyai pengaruh terhadap masa produktivitas pencipta. 2) kejadian sosiokultural yang dapat berpengaruh terhadap perkembangan pencipta.

      Menurut Simonton masa perkembangan anak dan remaja sampai kedewasa cenderung lebih nyata dipengaruhi oleh kejadian eksternal daripada masa masa produktivitas khusus yang kebal terhadap kejadian eksternal, kecuali keadaan sakit fisik dan perang. Ia menemuka tujuh perubah yang mempengaruhi perkembangan kreatif seseorang yaitu: pendidikan formal, adanya model peran, Zeitgeist, fragmentasi politis, peperangan, gangguan sipil, dan ketidakstabilan politis.

 KESIMPULAN

      Kesimpulan yang saya dapat mengenai ringkasan di atas ini adlah, peranan dari keluarga, sekolah, dan masyarakat sangat bermanfaat bagi saya. Karena masing-masing peranan memberikan dampak yang berbeda-beda. Saya juga dapat membangun kreativitas-kreativitas yang baru dari cara saya bersosialisasi dengan keluarga, guru, teman sebaya, masyarakat. Karena dari mereka, saya dapat belajar membangun moral yang berguna agar dapat menghasilkan sesuatu yang berguna terhadap diri saya pribadi nanti nya.

Selasa, 24 September 2013

IDENTIFIKASI DAN PENGUKURAN BAKAT DAN KREATIVITAS

IDENTIFIKASI DAN PENGUKURAN BAKAT DAN KREATIVITAS
A.      ALASAN UNTULK MENEMUKENALI BAKAT KREATIF
Dari berbagai alasan yang dikemukakan untuk mengukur bakat kreatif, lima alasan tampak paling penting yaitu untuk tujuan pengayaan (enrichment), remedial, bimbingan kejhuruan, penilaian program pendidikan, dan mengkaji perkembangan kreativitas pada berbagai tahap kehidupan.
1.       Pengayaan
Tujuan utama tes kreativitas adalah untuk mengidentifikasi bakat kreatif anak. Karena kreativitas sangat bermakna dalam hidup, masyarakat terutama orangtua dan guru ingin memberikan pengalaman pengayaan kepada mereka yang berbakat kreatif.
Secara historis, keterbakatan diartikan sebagai mempunyai inteligensi (IQ) yang tinggi, dan tes inteligensi tradisional merupakan ciri utama untuk mengidentifikasikan anak berbakat intelektual. Anak berbakat intelektual diizinkan meloncat kelas, atau masuk kelas khusus (advanced placement class) yang menuntut mereka harus bekerja lebih banyak dan lebih keras.
Lewis Terman telah melakukan studi longitudinal terhadap 1528 anak dan remaja dengan IQ 140 atau lebih, disebut genius. Terman menemukan bahwa meskipun siswa-siswi ini mencapai prestasi lebih tinggi dari rata-rata siswa, tetapi hanya sedikit sekali di antara mereka yang menjadi termasyur karena kualitas dan kinerjanya, disebut sindrom siswa baik; dalam upaya untuk berhasil di sekolah dan dalam hidup, agaknya mereka kurang memiliki atau kehilangan imajinasi petualangan yang diperlukan untuk mencapai tingkat keberhasilan yang tinggi.
Kesamaan antara inteligensi dan talenta khusus adalah apa yang disebut precocity (keadaan cepat menjadi matang). Anak yang  precocious adalah seseorang yang mampu melakukan hal-hal yang biasanya dilakukan oleh mereka yang lebih tinggi usianya. Keuntungan ini dapat atau tidak dapat dipertahankan selama jangka hidup, tetapi bagaimanapun, prococity belum tentu berarti mampu mencapai produktivitas yang orisinil disebut prodigiousness. Child prodigy adalah seseorang yang prestasinya begitu luar biasa dan langka sehingga menakjubkan.
2.       Remediasi
Alasan untuk melakukan pengukuran (assessment) adalah untuk menemukenali mereka yang kemampuan kreatifnya sangat rendah.
Yang tidak menguntungkan adalah bahwa program remedial dalam kreativitas masih sangat langka, karena kita kurang mengetahui bagaimana melakukan hal ini, banyak orang melihat kreativitas sebagai bakat pembawaan dan tidak sebagai suatu kapasitas yang dapat dipelajari dan dilatih.
3.       Bimbingan Kejuruan
Untuk membantu siswa memilih jurusan pendidikan dan karier masih trahap awal. Informasi mengenai kemampuan ini berguna dalam menyarankan siswa mengikuti pendidikan dan kejuruan yang menuntut kemampuan kreatif.
4.       Evaluasi Pendidikan
Pendidik sering mengalami kesulitan untuk memutuskan apakah sekolah akan menggunakan program pengembangan kreativitas. Dapat menyebabkan menurunnya prestasi belajar siswa. Sesungguhnya faktor-faktor lainlah bertanggung jawab untuk menurunnya rata-rata prestasi siswa, yaitu terlalu banyak menonton televisi, kurangnya pengawasan atas pekerjaan rumah, dan peningkatan jumlah siswa yang kemampuannya rendah. Kurangnya evaluasi hasil pendidikan menyulitkan untuk menentukan apakah programnya efektif. Diperlukan evaluasi pendidikan secara menyeluruh dan berkelanjutan.
5.       Pola Perkembangan Kreativitas
Pakar psikologi tertarik untuk mengetahui pola perkembangan kreativitas karena dua alasan: pertama, mereka ingin mengetahui bagaimana pertumbuhan dan penurunan kreativitas pada macam-macam tipe orang; dan kedua, mereka ingin mengetahui apakah ada masa puncak kala mana kreativitas sebaiknya dilatih.
Penelitian seperti ini menghadapi masalah khusus; untuk membandingkan kelompok usia usia (atau kelompok suku, jenis kelamin dll) perlu menggunakan tes yang sama atau sebanding.
6.       Tujuan Penggunaan Tes Kreativitas
Ada 3 penggunaan utama untuk tes kreativitas, yaitu untuk mengidentifikasi siswa berbakat kreatif, untuk tujuan penelitian, dan untuk tujuan konseling.
a.       Identifikasi Anak Berbakat Kreatif
Tes kreativitas sering digunakan untuk mengidentifikasi siswa berbakat kreatif untuk program anak berbakat intelektual. Kebanyakan program anak berbakat berasaskan bahwa siswa kreatif perlu diidentifikasikan dan kreativitas perlu diajarkan.
b.      Penelitian
Penelitian membantu kita memahami perkembangan kreativitas. Tes kreativitas dalam penelitian dapat digunakan dengan dua cara. Pertama, untuk mengidentifikasi orang-orang kreatif dan membandingkan mereka dengan orang-orang biasa. Kedua, tes kreativitas dalam penelitian dapat digunakan untuk menilai dampak pelatihan kreativitas terhadap kekreatifan peserta.
c.       Konseling
Konselor atau psikolog sekolah di sekolah dasar dan menengah memerlukan informasi mengenai seorang siswa yang dikirim karena sikapnya yang apatis, tidak kooperatif, berprestasi kurang, atau karena masalah lain. Mungkin saja siswa itu sebetulnya kreatif, tetapi tidak tahan akan pekerjaan rutin yang baginya membosankan, sikap guru yang otoriter dan kurang memberikan kebebasan dalam ungkapan diri.
Tes kreativitas dapat membantu konselor, guru, orangtua, dan siswa sendiri untuk mengenali dan memahami bakat kreatif siswa yang terpendam. Informasi ini memungkinkan guru untuk merancang kegiatan yang menantang dan menarik bagi siswa kreatif.
B.      JENIS ALAT UNTUK MENGUKUR BAKAT KREATIF
Potensi kreatif dapat diukur melalui beberapa pendekatan, yaitu pengukuran langsung; pengukuran tidak langsung, dengan mengukur unsur-unsur yang menandai ciri tersebut; pengukuran ciri kepribadian yang berkaitan erat dengan ciri tersebut; dan beberapa jenis ukuran yang bukan tes. Pendekatan kelima adalah dengan menilai produk kreatif nyata.
1.       Tes yang Mengukur Kreativitas secara Langsung
Sejumlah tes kreativitas telah disusun dan digunakan, antara lain tes terkenal dari Torrance yang digunakan untuk mengukur pemikiran kreatif (Torrance Test of Creative Thinking: TICT) yang mempunyai bentuk verbal dan bentuk figural. Ada yang sudah diadaptasi untuk Indonesia, yaitu Tes Lingkaran (Circles Test) dari Torrance.tes ini pertama kali digunakan di Indonesia dalam penelitian Utami Munandar (1997) untuk disertasinya “Greativity and Education”, dengan tujuan membandingkan ukuran kreativitas verbal dengan ukuran kreatifitas figural.
2.       Tes yang Mengukur Unsur-Unsur Kreativitas
Kreativitas merupakan suatu konstruk yang multidimensi, terdiri dari berbagai dimensi, yaitu dimensi kognitif (berpikir kreatif), dimensi afektif (sikap dan kepribadian), dan dimensi psikomotorik (keterampilan kreatif). Masing-masing dimensi meliputi berbagai kategori, misalnya dimensi kognitif dari kreativitas-berpikir divergen-mencakup antara lain kelancaran, kelenturan, dan orisinalitas dalam berpikir, kemampuan untuk memperinci (elaborasi), dll.
3.       Tes yang Mengukur Ciri Kepribadian Kreatif
Beberapa tes mengukur ciri-ciri khusus, antara lain adalah :
·         Tes Mengajukan Pertanyaan, yang merupakan bagian dari Tes Torrance untuk Berpikir Kreatif.
·         Tes Risk Taking, digunakan untuk menunjukkan dampak pengambilan resiko terhadap kreativitas.
·         Tes Figure Preference dari Barron-Welsh yang menunjukkan dampak pengambilan risiko terhadap kreativitas.
·         Tes Sex Role Identity untuk mengukur sejauh mana seseorang mengidentifikasikan diri.
·         Dengan peran jenis kelaminnya. Alat yang sudah digunakan di Indonesia adalah Bem Sex Role Inventory.
4.       Pengukuran Bakat Kreatif secara Non-Tes
Dalam upaya mengatasi keterbatasan tes tertulis untuk mengukur kreativitas dirancang beberapa pendekatan alternatif.
·         Daftar Periksa (Cheklist) dan Kuesioner
Alat ini disusun berdasarkan penelitian tentang karakteristik khusus yang dimiliki pribadi kreatif.
·         Daftar Pengalaman
Teknik ini menilai apa yang telah dilakukan seseorang di masa lalu. Beberapa studi menemukan korelasi yang tinggi antara “laporan diri” dan prestasi kreatif di masa depan. Format yang paling sederhana adalah meminta seseorang menulis autobiografi singkat, yang kemudian dinilai untuk kuantitas dan kualitas perilaku kreatif.
Metode yang paling formal adalah The State of Past Creative Activities yang dikembangkan oleh Bell. Instruksinya: “Daftarlah kegiatan kreatif yang telah Anda lakukan selama 1-3 tahun terakhir. Meliputi kegiatan seni, sastra, atau ilmiah.
5.       Pengamatan Langsung terhadap Kinerja Kreatif
Mengamati bagaimana orang bertindak dalam situasi tertentu nampaknya merupakan teknik yang paling absah, tetapi makan waktu dan dapat pula bersifat subyektif.
C.      ALAT IDENTIFIKASI BERDASARKAN ENAM BIDANG BAKAT
Sesuai dengan definisi U.S.O.E., bakat kreatif merupakan salah satu dari enam bidang keberbakatan.
Definisi Marland tentang kebebakatan, membedakan enam bidang keberbakatan yaitu:
·         Bakat intelektual umum
·         Bakat akademik khusus
·         Bakat kreatif-produktif
·         Bakat kepemimpinan
·         Bakat seni visual dan pertunjukkan
·         Bakat psikomotor
1.       Identifikasi Kemampuan Intelektual Umum
Untuk mengidentifikasi kemampuan intelektual umum ditentukan taraf inteligensi atau IQ (Intelligence Quotient). Ada dua macam tes inteligensi, yaitu tes inteligensi individual dan tes inteligensi kelompok.
Tes inteligensi individual merupakan cara yang lebih cermat untuk menemukenali kemampuan intelektual umum anak, karena diberikan secara perorangan sehingga memungkinkan mengobservasi anak ketika dites. Tes inteligensi individual membutuhkan banyak waktu untuk pengetesannya, dan biaya pengetesan termasuk cukup mahal.
Tes inteligensi kelompok lebih efisien, baik dalam ukuran waktu dan biaya. Keterbatasannya adalah bahwa tes inteligensi kelompok tidak memungkinkan kontak dan pengamatan anak selama diuji, sehingga sulit diketahui apakah hasil tes inteligensi kelompok sudah optimal, dalam arti betul-betul menggambarkan kemampuan intelektual anak. Tes inteligensi kelompok yang banyak digunakan di Indonesia adalah tes Progressive Matrices dari Raven, Culture-Fair Intelligence Test (CFIT), dan Tes Inteligensi Kolektif Indonesia (TIKI). Yang terakhir khusus dikembangkan untuk Indonesia oleh Fakultas Psikologi Universitas Padjajaran dan Free University of Amsterdam, Belanda.
Tes inteligensi kelompok biasanya digunakan pada tahap pertama, yaitu tahap penjaringan (screening) dengan tujuan dapat menjaring dengan waktu singkat siswa yang memenuhi syarat untuk mengikuti tahap berikutnya yaitu tahap penyaringan (tahap seleksi). Pada tahap kedua ini digunakan tes inteligensi individual dengan tujuan mengambil keputusan tentang siswa mana yang dapat dikategorikan sebagai berbakat intelektual dan dapat mengikuti program pendidikan keberbakatan.
Identifikasi siswa berbakat berlangsung dalam dua tahap, yaitu tahap penjaringan dan tahap penyaringan. Pada tahap penjaringan diberi tes Progressive Matrices dan tes Prestasi Belajar Baku (Standardized Achievement Test). Semua siswa yang mencapai skor inteligensi di atas rata-rata boleh meneruskan mengikuti tahap penyaringan; tes yang diberikan pada tahap ini adalah Tes Kreeativitas Verbal (TKV) dan Tes Inteligensi Kolektif Indonesia (TIKI). Yang terakhir, meskipun diberikan kepada kelompok tetapi dinilai cukup cermat dan andal, karena tes ini meliputi sebelas subtes yang masing-masing mengukur bidang kemampuan intelektual yang berbeda, sehingga memberikan profil yang lebih berdiferensiasi tentang bakat intelektual siswa, dibandingkan tes Progressive Matrices yang hanya terdiri dari satu tipe tes.
2.       Identifikasi Bakat Akademik Khusus
Cara lain untuk mengidentifikasi anak berbakat intelektual adalah dengan melihat prestasi akademis, bersama-sama dengan pengukuran IQ. Jika tes inteligensi bertujuan mengukur kapasitas untuk berprestasi baik di sekolah, tes prestasi akademis bertujuan mengukur pembelajaran dalam arti pengetahuan tentang fakta dan prinsip, dan dapat ditambahkan kemampuan untuk menerapkannya dalam situasi kompleks dan yang menyerupai hidup.
Prestasi belajar dapat diukur sehubungan dengan kinerja pada mata ajaran di sekolah dalam kelas tertentu, dalam hal ini tes dapat dibuat oleh guru sendiri, atau dapat diukur sehubungan dengan apa yang diharapkan dipelajari oleh siswa dari tingkat kelas tertentu di seluruh negeri (secara nasional); dalam hal ini diberi tes prestasi belajar baku. Tes ini terdiri dari berbagai subtes, dan memberikan petunjuk sejauh mana peserta tes memenuhi syarat untuk mengikuti pendidikan tersier.
3.       Identifikasi Bakat Kepimpinan
Kemampuan untuk memimpin tidak hanya mencakup kemampuan intelektual, tetapi juga peubah kepribadian lainnya. Berdasarkan tinjauan teori dan hasil riset, pada umumnya ditemukan faktor berikut yang paling erat kaitannya dengan kepemimpinan:
a.       Kapasitas
b.      Prestasi
c.       Tanggung jawab
d.      Peran serta
e.      Status
f.        Situasi
4.       Identifikasi Bakat Seni Visual dan Pertunjukan
Menemukenali bakat dalam bidang seni visual dan pertunjukkan tidak mudah. Masalahnya adalah bahwa beragamnya kategori talenta dan belum adanya alat yang canggih untuk mengukur bermacam-macam bidang talenta tersebut.
Baik teori maupun hasil penelitian menekankan bahwa pada umumnya orang yang bertalenta dalam seni visual dan pertunjukkan pada umumnya juga memiliki tingkat inteligensi dan kreativitas yang cukup tinggi, di samping kemampuan dan keterampilan khusus dalam bidang seni. Oleh karena itu setiap pendekatan untuk menemukenali talenta dalam bidang seni visual dan pertunjukkan harus mengikutsertakan peubah tersebut. Tes inteligensi dan tes kreativitas dapat secara umum digunakan untuk semua bidang talenta.
Jika alat psikometris yang sesuai belum ada, identifikasi bakat dalam bidang seni visual dan pertunjukkan bergantung pada metode observasi, yang dinilai oleh ahli-ahli dalam bidang seni tersebut. Diharapkan ahli-ahli tersebut tidak hanya menilai kemampuan reproduktif, tetapi juga kemampuan inovatif, dengan kecenderungan untuk dapat melepaskan diri dari bentuk seni yang konvensional tradisional semata-mata.
5.       Identifikasi Bakat Psikomotor
Kemampuan psikomotor diperlukan dalam kegiatan manusia dan dapat diamati jika seseorang belajar melakukan kegiatan olahraga dan atletik, menangani macam-macam peralatan mesin, atau jika ia memainkan alat musik atau main drama. Drajat diperlukannya keterampilan psikomotor dalam berbagai kegiatan tersebut berbeda.
Untuk mengidentifikasikan tingkat kemampuan psikomotor, sebaiknya dilakukan penjaringan terlebih dahulu untuk menentukan tingkat kemampuan intelektual, kemampuan yang khusus berkaitan dengan bidang talenta, kemampuan berpikir kreatif jika kemampuan psikomotor tersebut memerlukan inovasi (misalnya untuk dapat merancang perabot baru, atau bagi musikus untuk dapat melakukan improvisasi), dan tingkat perkembangan keseluruhan badan atau bagian badan yang berhubungan denganb kemampuan yang dicari, misalnya, kekuatan, kcepatan, koordinasi, kelenturan, dll. Tes inteligensi WISC disamping bagian verbal (yang menghasilkan IQ Performance dengan subtes yang dapat memberikan informasi bermanfaat mengenai koordinasi visual motoris, organisasi visual, dan organisasi persepsi.
6.       Identifikasi Bakat Kreatif
Kreativitas merupakan  bentuk bakat yang majemuk, oleh karena itu penyusunan ukuran-ukuran untuk mengidentifikasi bakat kreatif harus dimulai dengan definisi kerja dari konsep tersebut. Psikolog terkemuka dalam bidang pengukuran kreativitas adalah J.P. Guilford dan E.P. Torrance. Pada umumnya alat tes mereka mengutamakan kemampuan berpikir seperti kelancaran, kelenturan, orisinalitas, dan elaborasi, namun pendekatan mereka berbeda. Torrance (1974) mengukur kemampuan melalui penampilan beberapa tugas majemuk yang dirancang untuk memicu ungkapan beberapa kemampuan pada saat yang sama, sedangkan Guilford (1976) mengukur berpikir divergen dengan menggunakan format tes yang pada umumnya menuntut subjek untuk berespons terhadap banyak stimulus (rangsangan), yang masing-masing mengukur komponen khusus dari struktur intelek.
Sehubungan dengan konsep kreativitas sebagai kemampuan untuk membentuk asosiasi, perangkat yang terkenal adalah alat dari Mednick dan Mednick (1967) yang menuntut penyusunan tiga stimulus untuk menghasilkan satu asosiasi yang jauh dan orisinil (The Remote Associates Test) yang terdiri atas 32 set tiga kata, yang masing-masing mempunyai kaitan yang lemah (jauh) dengan pikiran kebanyakan orang. Subjek diminta untuk menemukan kata keempat yang ada kaitannya dengan masing-masing dari tiga kata pertama. Hanya ada satu jawaban yang tepat, hal mana menimbulkan kritik bahwa tes kreativitasnya seharusnya memungkinkan berbagai alternatif jawaban terhadap suatu masalah (berpikir divergen). Namun, terrnyata tes ini berhasil ntuk mengidentifikasikan secara cepat, sederhana dan tepat, mereka yang mempunyai bakat kreatif tinggi.
Sebagai tambahan, ada alat tes yang mengidentifikasikan pribadi kreatif melalui:
·         Biografi atau persepsi kreatif
·         Alat yang mengukur sikap dan motivasi
·         Alat yang mengukur konsep diri kreatif
·         Alat ukur kecenderungan konformitas-nonkonformitas
·         Alat yang mengukur fungsi belahan otak kiri dan kanan
·         Alat yang mengukur berpikir kreatif dalam tindakan dan gerakan.
Inventori kepribadian digunakan untuk mempelajari kepribadian kreatif, tetapi bukan terutama untuk mengukur kreativitas. Beberapa pendekatan yang efektif untuk mengidentifikasi karakteristik individu yang kreatif antara lain melalui wawancara sejarah hidup dan penilaian ciri kepribadian.
Hanya sedikit instrumen yang mengukur prestasi kreatif, diantaranya Daftar Periksa (Chekslist) atau petunjuk dan prestasi kreatif dari kehidupan nyata. Identifikasi talenta kreatif dilakukan melalui beberapa cara yang meliputi ukuran kemampuan berpikir kreatif, orisinalitas, imagery kreatif, dan persepsi diri kreatif.